Tanpa banyak pikir, Panembahan Senopati menyuruh putrinya, Retna Pembayun untuk menjadi mata-mata di Mangir dengan menyamar sebagai ledhek (penari seni Tayub).
Kecantikan Retna Pembayun yang kala itu menyamar menjadi Lara Kasihan terlalu mudah membuat Ki Ageng Mangir jatuh hati.
Dia pun tidak berpikir panjang untuk segera meminta Retna Pembayun sebagai istrinya.
Tanpa pernah tahu bahwa ada darah Panembahan Senopati mengalir di dalam tubuh wanita tersebut.
Singkat cerita, Retna Pembayun pun pada akhirnya benar-benar jatuh cinta pada musuh bebuyutan ayahnya tersebut.
Sebuah kondisi yang pada akhirnya membuat sang putri raja mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya, tepat saat dia sedang mengandung anak Ki Ageng Mangir.
Murka, marah, kecewa, sedih, bercampur aduk dalam diri Ki Ageng Mangir mengetahui fakta tersebut.
Namun, pengakuan tulus dari sang istri yang bersumpah bahwa dirinya telah benar-benar mencintai Ki Ageng Mangir kemudian memadamkan api amarah tersebut.
Bahkan, pengakuan tersebut pula yang membuat Ki Ageng Mangir sudi untuk bertemu dengan Panembahan Senopati.
Suami Retna Pembayun tersebut bak lupa bahwa sosok yang kini telah menjadi mertuanya tersebut menyimpan ambisi besar menaklukan Desa Mangir.
Lengah, Ki Ageng Mangir tewas tepat ketika bersujud di hadapan Panembahan Senopati.
Kepalanya dibenturkan ke lantai batu yang berada tepat di bawahnya.
Berdasarkan cerita yang beredar, jasad Ki Ageng Mangir dipotong menjadi dua bagian.
Satu bagian dimakamkan di dalam benteng makam dan bagian lainnya berada di luar makam Raja-Raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta.
Tindakan ini dilakukan oleh Raja Mataram Panembahan Senopati yang masih menganggap Ki Ageng Mangir sebagai menantunya sekaligus musuh besarnya.
KOMENTAR