Karena manusia pun sebagian dari kosmos, maka tanda dan warna itu dapat mempengaruhi kehidupan manusJa.
Bunga Pulutan putih (Urena lobata) menurut kepercayaan dahulu dianggap sebagai tempat semayamnya Dewa Gana, yaitu dewa diantara para gajah. Disini jelas sekali apa sebabnya kelompok Gajah Mada mempergunakan tanda bunga Pulutan putih.
Handiwa atau sejenis “sugar palm" adalah pohon Aren (Arengapinnata Merr.). Kecuali daun bunganya yang disadap dijadikan minuman keras, dan buahnya yang dimakan sebagai kolang-kaling, daun pohon Aren pun kadnag-kadang dipakai sebagai piring untuk makan.
“Piring” semacam ini disebut adjang. Analogi dengan bunyi “ajang” inilah sebabnya Handiwa dipergunakan untuk tanda bagi kelompok Pajang.
Sadahakusuma sebagai tanda bagi kelompok Kadiri sebenarnya cukup jelas, sebab nama lain untuk Kadiri adalah Daha (dan juga Panjalu).
Buah Maja sebagai tanda bagi kelompok Hayam Wuruk sudahlah jelas pula. Maja yang dimaksud disini adalah dari jenis yang pahit rasanya (Aegle marmelos), yang mempunyai bentuk benar-benar bundar.
Bentuk maja yang bundar ini melambangkan pusat segala kekuasaan emperium Majapahit. Sebagai pusat segala kekuasaan maka kedudukan sang raja berada di tengah-tengah kosmos; karena itulah ia berhak mempergunakan macam-macam warna: merah, emas, merah-putih dan hitam-putih.
Cara mengatur perjalanan
Betapa panjangnja iring-iringan karavan Majapahit ini dapat!ah dibayangkan. Pimpinan perjalanan sudah barang tentu ada ditangan Gajah Mada sendiri: jumlah kelompoknya sebanyak 400 buah kendaraan tentunya yang terbesar pula, sedangkan kelompok yang lain hanya disebutkan dengan istilah “banyak” saja.
Andaikata kelompok yang lain itu rata-rata terdiri dari 50 kendaraan, maka kelompok kedua sampai keenam berarti 250 kendaraan. Jumlah seluruh, iring-iringan dengan demikian ada kira-kira 650 buah kendaraan.
Misalkan panjang tiap-tiap kereta, panjang kuda ataupun lembu penariknya, dan jarak antara satu kendaraan dengan lainnya rata-rata 2,50 meter, maka panjang seluruh karavan ini ada kira" 4,50 kilo meter!
Belum terhitung gajah-gajah kebesaran sang raja beserta para pawangnya, pasukan-pasukan atau pengiring-pengiring berjalan kaki, dan para pengawal berkuda.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR