Intisari-online.com -Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan Hindu-Buddha terakhir di nusantara yang berdiri antara abad ke-13 hingga abad ke-16.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293 M di Mojokerto, Jawa Timur, setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, raja Kediri yang menggulingkan Singasari.
Majapahit mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389 M) dan Mahapatih Gajah Mada (1334-1364 M).
Di bawah kepemimpinan mereka, Majapahit berhasil menaklukkan hampir seluruh nusantara dan menjalin hubungan dengan berbagai kerajaan dan negara di Asia Tenggara.
Selain itu, Majapahit juga berkembang dalam bidang ekonomi, budaya, agama, dan seni.
Majapahit menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara dengan komoditas ekspor seperti lada, garam, kain, dan emas.
Majapahit juga mengembangkan sastra Jawa Kuno seperti Nagarakretagama, Pararaton, Kidung Sunda, dan Kidung Harsawijaya.
Pengaruh Majapahit di Asia Tenggara dapat dilihat dari berbagai aspek.
Secara politik, Majapahit membentuk persekutuan dengan berbagai kerajaan di nusantara yang disebut sebagai Mitra Satata atau negara sahabat.
Beberapa kerajaan yang menjadi Mitra Satata antara lain Bali, Sunda, Kutai, Melayu, Singapura, Pagaruyung, Palembang, Banjar, Gowa-Tallo, Bima, Sumbawa, Ternate-Tidore, Brunei, Sulu, dan lain-lain.
Secara ekonomi, Majapahit memperluas jaringan perdagangan dengan berbagai negara di Asia Tenggara seperti Campa (Vietnam), Kamboja (Khmer), Siam (Thailand), Birma (Myanmar), dan China. Majapahit juga mengirimkan utusan-utusan ke China untuk menjalin hubungan diplomatik dan memperoleh perlindungan dari serangan Mongol.
Baca Juga: Ternyata Orang Zaman Majapahit Mudik Bukan Karena Lebaran, Lalu?
Kerajaan ini juga berhasil memperluas wilayahnya hingga ke Semenanjung Malaya, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Salah satu faktor yang mendukung kejayaan Majapahit adalah kekuatan militer yang dahsyat, terutama di bawah kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada.
Gajah Mada memiliki delapan strategi perang yang jitu untuk menghadapi musuh-musuhnya. Strategi-strategi itu adalah:
1. Sapit Urang: menempatkan para prajurit dalam beberapa pasukan yang akan menjepit dan mengacaukan pihak musuh dari dua arah yang berlawanan, sementara pasukan utama berhadapan dengan pihak lawan di tengah.
2. Garuda Nglayang: meniru gerakan terbang burung garuda, di mana panglima dan pemimpin pasukan berada di paruh, kepala, sayap, dan ekor memberikan perintah kepada anak buahnya dengan bertingkah seperti burung garuda, menyambar, mematuk, dan sebagainya.
3. Cakra Byuha: membentuk formasi lingkaran dengan pasukan terkuat berada di tengah dan pasukan terlemah berada di luar.
Formasi ini bertujuan untuk melindungi pusat komando dan menyerang musuh dari segala arah.
4. Pecut Byuha: membentuk formasi seperti cambuk dengan ujungnya sebagai pasukan terkuat yang akan menyerang musuh secara tiba-tiba dan cepat.
5. Gajah Byuha: menggunakan gajah-gajah perang sebagai pasukan utama yang akan mengamuk dan menghancurkan barisan musuh.
6. Kuda Byuha: menggunakan kuda-kuda perang sebagai pasukan utama yang akan mengejar dan menyerang musuh dengan kecepatan tinggi.
7. Panah Byuha: menggunakan panah-panah sebagai senjata utama yang akan dilepaskan secara massal ke arah musuh.
Baca Juga: Hasrat Jayanegara Mengawini Adik-adiknya Sendiri, Akhirnya Tewas Di Ujung Pisau Tabib Istana
8. Cetbang Byuha: menggunakan cetbang atau meriam sebagai senjata utama yang akan menembakkan peluru besi atau batu ke arah musuh dari jarak jauh.
Dengan delapan strategi perang ini, Majapahit mampu mengalahkan berbagai kerajaan dan negara yang menjadi lawannya.
Strategi-strategi ini juga menunjukkan kecerdasan dan kreativitas Gajah Mada sebagai seorang panglima perang yang legendaris.