Siapa sosok di balik guyon "Hanya ada tiga polisi jujur di negeri ini"? Kenapa dia memasukkan nama Hoegeng? Apa kaitannya dengan dugaan upaya pembungkaman terhadap Sukatani, grup band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah?
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Kalian pernah mendengar satir ini?
"Hanya ada tiga polisi jujur di negeri ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng".
Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah diskusi bertema "Dekonstruksi dan Revitalisasi Keindonesiaan" di Bentara Budaya Jakarta pada 31 Agustus 2006 lalu. Sosok yang melontarkan gojek itu adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Baca Juga: Inilah Sosok Gadis Kretek di Dunia Nyata, 3 Dekade Lebih Berkecimpung di Industri Tembakau
Kita tahu, belakangan ini instansi kepolisian sedang mendapat sorotan tajam. Sorotan itu tak lepas dari beberapa kasus kekerasan yang melibatkan kepolisian.
Yang paling ramai barangkali kasus penembakan seorang siswa SMKN 4 Semarang bernama Gamma. Sosok diduga menembaknya adalah seorang polisi bernama Aipda Robig Zaenuddin.
Yang paling baru adalah dugaan upaya pembungkaman terhadap grup band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, bernama Sukatani. Lewat media sosial, Sukatani mengeluarkan permintaan maaf kepada institusi Polri terkait lagu mereka berjudul "Bayar Bayar Bayar".
Dalam pernyataannya, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, band ini mengungkapkan bahwa lagu tersebut diciptakan sebagai kritik terhadap oknum kepolisian yang dianggap melanggar aturan.
"Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami yang berjudul ‘Bayar Bayar Bayar’," kataMuhammad Syifa Al Ufti alias Electroguy, mewakili band pada Kamis (20/2).
Bersamaan dengan permintaan maaf itu, band Sukatani juga mengumumkan bahwa mereka telah menarik lagu tersebut dari berbagai platform digital. Menurut mereka, lagu yang sempat viral dengan lirik “bayar polisi” tersebut seharusnya merupakan bentuk kritik terhadap oknum kepolisian yang dianggap melanggar peraturan.
"Melalui pernyataan ini, saya telah mencabut dan menarik lagu ‘Bayar Bayar Bayar’, yang memiliki lirik ‘bayar polisi’," katanya.
Kembali ke topik. Candaan "tiga polisi jujur" itu juga bisa ditemukan dalam banyak buku tentang Gus Dur. Di antaranya adalahMati Tertawa Bareng Gus Dur,Koleksi Humor Gus Dur,Tertawa Ala Gus Dur, Humor Sang Kyai,Tertawa Bersama Gus Dur: Humornya Kiai Indonesia,dan lain sebagainya.
Dalam salah satu buku diceritakan, guyon Gus Dur itu muncul saat dia sedang ngobrol santai bareng wartawan-wartawan di rumahnya di Caganjur, Jakarta Selatan. "Lelucon yang sebenarnya juga kritikan itu dilontarkan untuk menjawab pertanyaan wartawan perihal moralitas polisi yang kian banyak dipertanyakan," begitu yang tertulis dalam buku Tertawa Bersama Gus Dur: Humornya Kiai Indonesia karya Muhammad Zikra.
Patung polisi dan polisi tidur barangkali tidak perlu penjelasan yang lebih. Yang menarik adalah sosok Hoegeng, yang masuk kategori polisi jujur versi Gus Dur.
Setidaknya ada empat alasan kenapa Hoegeng masuk kategori polisi jujur, menurut Kompas.com. Hoegeng dikenal dengan kejujurannya yang luar biasa dan menjadi sosok polisi teladan karena sikap anti korupsinya.
Polisi Hoegeng dikenal sebagai polisi yang tak mau dikawal, baik di tempat kerja maupun di rumah. Hoegeng sebenarnya berhak mendapatkan pengawalan pribadi, tapi dia bersikeras tidak menggunakan fasilitas negara tersebut.
Dia menolak secara halus untuk dikawal. Bahkan tanpa pengawalan, Hoegeng mengklaim bahwa dia masih mampu beroperasi secara efektif.
Menurut Hoegeng, tidak ada keharusan untuk mempekerjakan pengawal atau keamanan di rumahnya. Hoegeng tetap menolak pengawalan, bahkan setelah dia dipromosikan menjadi wakil menteri/panglima angkatan kepolisian (Pangak) dan menteri/panglima (yang kemudian berubah menjadi Kapolri).
Selama hari kerja, hanya ada dua asisten resmi yang bergantian bekerja bersama Hoegeng.
Ada juga asisten staf yang memberikan bantuan kepada Hoegeng setiap hari. Kecuali asisten resmi yang mengikutinya setiap hari, Hoegeng tidak mengizinkan seluruh staf mengenakan pakaian dinas resmi.
Asisten staf juga diminta untuk mengenakan pakaian biasa.
Hoegeng juga menolak mobil dinas. Sebenarnya, Hoegeng akan diberikan dua mobil, satu mobil untuk tugas resminya sebagai menteri dan satu lagi untuk keluarganya.
Pada periode tersebut, Hoegeng sudah mendapatkan satu mobil dinas. Hoegeng belum menerimanya dan ia khawatir akan keluarganya.
Setelah peralihan dari satu jabatan ke jabatan lainnya, ia mengembalikan kendaraan dinas yang pernah digunakannya saat menjabat sebagai menteri sumbangan negara.
Setelah beberapa waktu kemudian, Hoegeng mendapat tawaran untuk membeli sebuah mobil baru tipe Holden keluaran tahun 1965 untuk keluarganya. Namun, Hoegeng menolaknya.
Hal ini dikarenakan Hoegeng telah memiliki dua mobil dinas. Selain jip Willis yang pernah dia gunakan selama di kepolisian, Hoegeng juga memiliki mobil dinas sebagai menteri ataupun sekretaris presidium kabinet.
Dasaad Musin Concern, sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh seorang pengusaha pribumi pemegang lisensi berbagai merek mobil Eropa dan Jepang, seperti Mazda dan Fiat, memberikan Hoegeng sebuah mobil baru beberapa pekan setelah dia menjabat sebagai menteri/sekretaris presidium kabinet.
Dasaad Musin Concern memiliki reputasi yang mapan karena berdedikasi memberikan bantuan kepada pemerintahan Presiden Soekarno sejak awal pemerintahan. Perusahaan itu memberikan sebuah mobil "box" Mazda terbaru.
Hoegeng tidak mengetahui alasan di balik pemberian mobil itu. Jelas bahwa Dasaad mengatakan dalam suratnya bahwa Hoegeng diberi fasilitas kendaraan untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai menteri.
Kendaraan tersebut dapat diambil di dealer milik perusahaan. Tanpa adanya tindakan lebih lanjut, Hoegeng membiarkan surat tersebut tetap berada di mejanya.
Hal ini disebabkan karena Hoegeng tidak mau menerima begitu saja pemberian dari seseorang yang berhubungan dengan jabatan barunya. Bahkan, ketika menjadi Kapolri, Hoegeng juga menolak banyak hadiah yang ditawarkan kepadanya.
Hingga saat wafat, Hoegeng tidak memiliki rekening bank, baik deposito atau tabungan, dengan jumlah mencapai miliaran atau triliunan rupiah. Satu-satunya sumber pendapatannya adalah uang pensiun yang harus diterima istrinya setiap bulan.
Jumlah itu tentu tak seberapa dibandingkan dengan jasa Hoegeng yang telah memberikan kontribusi tulus untuk perbaikan institusi Polri. Begitulah Hoegeng.
Begitulah cerita tentang siapasosok di balik guyon "Hanya ada tiga polisi jujur di negeri ini" dan kenapa dia memasukkan nama Hoegeng. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Siapa Sosok di Balik Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno? Apa Saja Prestasinya?