Mengenal Lebih Dekat Rafflesia arnoldii: Sebenarnya Siapa Sosok di Balik Penemuan Bunga Rafflesia?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Bunga Rafflesia, sejatinya yang pertama menemukannya bukanlah Thomas Raffles, tapi seorang ilmuwan dari Prancis (Titik Kartitiani/Intisari)
Bunga Rafflesia, sejatinya yang pertama menemukannya bukanlah Thomas Raffles, tapi seorang ilmuwan dari Prancis (Titik Kartitiani/Intisari)

Bumi Rafflesia. Demikian Provinsi Bengkulu menamakan dirinya. Sebenarnya, siapa sosok di balik penemuan bunga Rafflesia ini? Benarkah Thomas Raffles bukan yang pertama?

Penulis: Titik Kartitiani untuk rubrik Langlang Majalah Intisari edisi Desember 2015 (Redaksi melengkapinya dengan data-data terkait siapa sebenarnya sosok yang pertama menemukannya)

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Senja sebentar lagi lenyap. Gelap akan menyelimuti Cagar Alam Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Jika menjadi gelap, maka Rafflesia arnoldii yang dikabarkan mekar itu hanya akan samar terlihat.

Harapan mengambil gambar pupus. Sementara, jalan berkelok Trans Sumatra belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Ada rasa berdebar. Ada rasa tidak sabar.

Melihat bunga terbesar di dunia mekar, memikat wisatawan yang datang ke Bengkulu, apalagi yang suka tanaman.

Baca Juga: Bagaimana Deddy Corbuzier Mendapatkan Gelar Letkol Tituler TNI?

Menurut Agus Susatya, peneliti Rafflesia di Universitas Bengkulu, ada 20 lokasi di Bengkulu sebagai titik lokasi Rafflesia arnoldii memunculkan bunganya yaitu Cagar Alam Pagar Gunung (Kepahiyang), Air Musno (Lebong), Cagar Alam Taba Penanjung I dan II (Bengkulu Utara), Kemumu (Bengkulu Utara), Beringin Tiga, dan Taba Rena (Rejang).

Kira-kira dua jam dari pusat kota Bengkulu, Taba Penanjung seperti jajaran bayangan pohon berwarna gelap di pinggir jalan. Senyap. Cahaya remang dari telepon seluler dan medan yang miring merupakan perpaduan yang mendebarkan, walau hanya menempuh jarak sekitar 25 m dari jalan raya.

Keresahan itu lenyap ketika sosok bunga raksasa itu terlihat samar, mekar di kaki. Rafflesia arnoldii dengan diameter 40 cm mekar pada hari ketiga, berpegang kokoh di kemiringan lahan.

Di sekitarnya, terdapat akar dan batang Tetrastigma (tumbuhan inang) yang menahan tanah tidak longsor. Beberapa kuncup bunga, besar dan kecil, tumbuh tersebar di sekitarnya.

Indah, bahkan menyentuhnya pun tidak punya kekuatan. Keindahan spesifik dan personal yang tidak bisa diungkapkan dengan tepat benar, hanya dipahami oleh para botanis dan pecinta tanaman.

Disetarakan satwa

Memasuki kawasan Bumi Rafflesia, kita akan melihat logo bergambar Rafflesia dalam berbagai bentuk, di segala penjuru Bengkulu. Dari mulai yang menempel di gapura selamat datang, dibuat tugu, corak di kain tenun besurek (kain tenun khas Bengkulu), hingga menghiasi gambar penganan yang dijual di toko oleh-oleh.

Namun belum semua orang di Bengkulu memahami keberadaan bunga ini sebagai tumbuhan penting.

Hingga kini, pengrusakan Rafflesia kerap terjadi. Sebagai contoh ketika field trip peserta simposium ke Wisata Alam Palak Siring, Kemumu, Kecamatan Arga Makmur, Bengkulu Tengah. Lokasi itu telah ditandai panitia sebagai tempat mekarnya Rafflesia.

Hanya sayang, satu hari menjelang kunjungan, justru ada orang yang merusaknya. Padahal, untuk izin pertukaran spesimen saja, khusus untuk Rafflesia harus dengan izin presiden. Bagaimana bisa warga justru merusaknya?

“Sudah dibabat orang. Entah apa maksudnya,” kata Sofian Ramadhan, Koordinator KPPL Bengkulu. Komunitas ini punya kepedulian untuk menjaga dan mengedukasi masyarakat untuk peduli terhadap Rafflesia.

Wisata Alam Palak Siring berupa hutan wisata dengan air terjun yang dikelilingi cadas hijau. Di sini, Rafflesia arnoldii kerap mekar.

Lokasi tumbuh bunga berada di sebelah kiri jalan, kira-kira 100 m dari pintu gerbang Palak Siring. Knop (calon bunga) banyak sekali tumbuh seukuran bola tenis. Menyembul berwarna cokelat di akar liana, tanaman inang Rafflesia.

Hanya sayang, yang siap akan mekar sudah ditebas orang. Karena kerusakan yang semakin mengkhawatirkan, juga menyempitnya habitat, bersamaan dengan simposium tersebut dibentuklah Forum Konservasi Rafflesia dan Amorphophallus yang beranggotakan peneliti, pemerintah, dan masyarakat.

Bersamaan dengan diluncurkan Rencana dan Strategi Aksi Konservasi (RSAK) untuk bunga bangkai. Menurut Dr. Irawati, RSAK ini merupakan yang pertama di Indonesia untuk tumbuhan.

Biasanya dilakukan untuk satwa. Rafflesia punya keistimewaan ini.

Dikira pemakan serangga

Itulah keajaiban tanah Bengkulu, yang menggetarkan bagi pecinta

tanaman, dan mata dunia, dari zaman ke zaman. Bengkulu, provinsi hasil pemekaran Sumatera Selatan, sejak tahun 1968 itu memikat para petualang, khususnya para naturalis.Bencoolen, demikian Bengkulu dicatat oleh para penjelajah.

Sumbangan Bengkulu tidak sedikit bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia, bahkan terhadap teori evolusi Darwin yang terkenal itu. Sumbangan itu diberikan oleh seorang naturalis, Alfred Russel Wallace, yang tinggal di Bencoolen dari tahun 1861.

Pada bulan November 1861, Wallace menulis surat kepada Darwin dari sebuah pondok di pedalaman hutan Bengkulu Tengah. Isinya tentang keragaman spesies dan hubungan kekerabatan yang kemudian menjadi salah satu dasar teori evolusi.

Wallace menyebut Rafflesia di halaman pertama bukunya yang terkenal, The Malay Archipelago, terbit tahun 1869 ketika bercerita tentang Nusantara sebagai negeri yang menyimpan rempah-rempah paling mahal dan buah-buahan terlezat di dunia.

Lebih lama lagi, seabad sebelumnya, William Marsden, warga Inggris pada usianya yang baru 17 tahun, datang ke Bengkulu. Tepatnya pada tahun 1771, memulai risetnya tentang Sumatera.

Marsden meninggalkan Bencoolen pada Juli 1779, kembali ke London. Pada saat itu, ide menulis buku History of Sumatra tercetus. Tepat pada tahun 1783, History of Sumatra terbit sebagai karya klasik pertama berbahasa Inggris yang mengupas Sumatera secara mendalam.

Buku itu berkali-kali diterbitkan dalam berbagai bahasa. Salah satu ilustrasi di dalamnya menampilkan Rafflesia arnoldii, foto yang diambil di Bencoolen pada tahun 1920.

Pemahaman pada saat itu, R.arnoldii sebagai tanaman pemakan serangga. Soalnya, di dalamnya banyak terdapat serangga dan baunya menyengat menarik serangga.

Hingga kini, Rafflesia arnoldii masih memikat mata dunia untuk berkunjung. Hanya saja, kemunculannya kini kerap diumumkan melalui media sosial.

Beberapa agen perjalanan, kelompok masyarakat misalnya Bengkulu Heritage Society (BHS) dan Peduli Puspa Langka (KPPL) memonitor tempat-tempat biasa muncul bunga ini. Mereka akan mendapatkan data, kapan bunga itu mekar lantas mengumumkannya melalui media sosial. Pengunjung bisa menikmati bunga tersebut pada saat mekar sempurna.

Apabila ada satu bunga pernah mekar, ada kemungkinan mekar lagi di tempat yang sama sepanjang tumbuhan inang masih ada. Inang Rafflesia berupa tumbuhan memanjat (climbing plant) marga Tetrastigma atau liana. Rafflesia termasuk jenis holoparasit yaitu tumbuhan yang tidak bisa melakukan fotosintesis sendiri, sepenuhnya tergantung pada inang.

=====================================

Benarkah Thomas Raffles yang pertama menemukannya?

Siapa sosok di balik popularitas Rafflesia Arnoldii, tentu saja dialah Thomas Stamford Raffles, letnan gubernur yang memerintah Jawa dari 1811 hingga 1616. Lalu bagaimana Raffles menemukan bunga langka ini?

Mengutip Kompas.com, pada 1993, Rafflesia arnoldii ditetapkan sebagai bunga nasional Indonesia. Penetapan itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional yang ditandatangani Presiden Soeharto.

Sejatinya, orang pertama yang menemukan jenis bunga ini bukanlah Thomas Raffles, tapi kenapa nama yang dipakai mengikuti nama sang letnan jenderal?

Rafflesia arnoldii atau padma raksasa merupakan salah satu puspa langka berukuran besar dengan ukuran diameter sekitar satu meter. Bunga raksasa ini memiliki ciri khasnya dengan kelopak daun berwarna merah dan terdapat sebuah lubang di tengahnya yang mengeluarkan bau busuk.

Masih dari Kompas.com, sosok pertama yang menemukan Rafflesia merupakan seorang ilmuwan asal Perancis bernama Louis Auguste Deschamps, yang telah meneliti selama 11 tahun di Hindia Belanda.

Saat itu Deschamps menemukan Rafflesia dengan jenis R. Patma pada 1797. Tapi pada 1803, semua spesimen, catatan, dan ilustrasi dari penelitian selama 11 tahun disita dan dijadikan rampasan perang. Ketika itu Prancis sedang berperang melawan Inggris.

Baru pada 1954, dunia ilmiah pun baru mengetahui bahwa Deschamps yang pertama menemukan Rafflesia.Thomas Stamford Raffles memang bukan penemu pertama. Tapi dia menemukan Rafflesia jenis lain yang saat ini dikenal dengan Rafflesia arnoldii.

Raffles pun menemukannya bersama ilmuwan lain bernama Joseph Arnold di Bengkulu pada 19 hingga 20 Mei 1818. Karena itulah nama bunga tersebut adalah gabungan kedua ilmuwan, Raffles sebagai nama genus (Rafflesia) dan Arnold sebagai nama spesies (arnoldii).

Sebelum dipublikasikan, Arnold meninggal saat berada di Bengkulu karena penyakit malaria. Barulah sekitar tahun 1821, tanaman baru tersebut dipublikasikan pada jurnal Transaction of the Linnean Society.

Ada beberapa jenis bunga Rafflesia yang ditemukan di Bengkulu, di antaranya Rafflesia arnoldii, Rafflesia Gadutensis Meijer, Rafflesia Hasselti Suringar, dan Rafflesia Bengkuluensis. Keempat jenis Rafflesia tersebut dibedakan berdasarkan ukuran, warna bunga dan perbedaan bercak pada kelopak bunga.

Baca Juga: Siapa Sosok di Balik Konsep Dwifungsi ABRI yang Membuat Tentara Punya 2 Peran Sekaligus?

Artikel Terkait