Intisari-online.com - Raja Jayanegara adalah raja kedua Kerajaan Majapahit yang naik tahta setelah kematian ayahnya, Raden Wijaya.
Namun, pemerintahannya tidak berjalan mulus. Ia harus menghadapi pemberontakan dari beberapa pejabat kerajaan yang tidak puas dengan gaya kepemimpinannya.
Salah satu pemberontak yang paling berbahaya adalah Ra Kuti, seorang anggota Dharmaputra.
Dharmaputra adalah lembaga yang dibentuk oleh Raden Wijaya untuk menampung tujuh orang pilihan yang disayangi raja.
Mereka adalah Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa.
Mereka memiliki kedudukan khusus dan hak istimewa di kerajaan.
Namun, Ra Kuti ternyata memiliki ambisi untuk merebut takhta Majapahit.
Ia merasa sakit hati karena istrinya meninggal akibat ulah Jayanegara yang dikenal sebagai raja yang suka berfoya-foya.
Pada tahun 1319, Ra Kuti bersama dengan Ra Semi dan beberapa pengikutnya melakukan pemberontakan.
Mereka menyerbu istana dan membunuh banyak prajurit kerajaan yang sedang tidur. Mereka juga mencari Jayanegara untuk membunuhnya.
Namun, nasib baik masih menyertai sang raja. Ia berhasil diselamatkan oleh Gajah Mada, komandan pasukan elite Majapahit yang bernama Bhayangkara.
Baca Juga: Pemberontakan Ra Kuti Dan Munculnya Mahapatih Majapahit Gajah Mada
Bhayangkara adalah pasukan pengawal raja yang terdiri dari orang-orang sakti dan setia yang terpilih.
Mereka dipilih melalui seleksi ketat dan memiliki kemampuan tinggi dalam hal membidik sasaran.
Mereka juga menggunakan senjata seperti anak panah, pisau terbang, dan pedang panjang.
Gajah Mada adalah salah satu anggota Bhayangkara yang paling menonjol.
Gajah Mada bersama dengan 15 orang pasukan Bhayangkara lainnya berhasil mengangkat Jayanegara dari tempat tidurnya dan membawanya lari dari istana.
Mereka mengungsi ke Desa Bedander yang terletak di pegunungan kapur utara (sekarang pedalaman Bojonegoro).
Di sana, mereka bersembunyi di rumah Buyut Bedander, seorang tokoh masyarakat setempat.
Selama lima hari, Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara menjaga keamanan Jayanegara dari ancaman pemberontak.
Mereka juga berusaha untuk menghubungi para menteri dan prajurit kerajaan yang masih setia untuk merencanakan serangan balik.
Akhirnya, Gajah Mada mendapat izin dari Jayanegara untuk kembali ke Majapahit dan memimpin pasukan loyalis.
Setibanya di Majapahit, Gajah Mada menemui para menteri dan prajurit yang masih setia kepada raja.
Baca Juga: Termasuk Jenis Golongan Sumber Sejarah Apakah Prasasti Gajah Mada?
Ia memberitahu mereka bahwa Jayanegara masih hidup dan memerintahkan mereka untuk bersiap-siap menyerang pemberontak.
Dengan semangat tinggi, pasukan loyalis dipimpin oleh Gajah Mada menuju istana yang dikuasai oleh Ra Kuti.
Terjadi pertempuran sengit antara pasukan loyalis dan pemberontak.
Ra Kuti dan Ra Semi bertarung dengan gagah berani melawan pasukan Bhayangkara. Namun, akhirnya mereka kalah jumlah dan kalah kekuatan.
Ra Kuti dan Ra Semi tewas di tangan Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara.
Pemberontakan pun berhasil dipadamkan. Jayanegara kembali ke istana dan memerintah kembali sebagai raja Majapahit.
Ia memberikan penghargaan kepada Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara atas jasa mereka menyelamatkan nyawanya dan kerajaannya.
Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Mahapatih Majapahit, yaitu jabatan tertinggi di bawah raja.
Ia menjadi orang kepercayaan Jayanegara dan berperan besar dalam mengembangkan Majapahit menjadi kerajaan besar yang menguasai Nusantara.
Lalu terkenal dengan sumpahnya yang bernama Sumpah Palapa, yaitu sumpah untuk tidak menikmati hidup sebelum berhasil menyatukan seluruh pulau di Nusantara.
Demikianlah kisah heroik pasukan Bhayangkara yang berhasil menyelamatkan raja Majapahit dari pemberontakan Ra Kuti.
Baca Juga: Prasasti Gajah Mada Termasuk Jenis Golongan Sumber Sejarah Apa?
Kisah ini menunjukkan betapa setianya pasukan Bhayangkara kepada raja dan kerajaan.
Juga menunjukkan betapa hebatnya Gajah Mada sebagai pemimpin militer dan politik yang membawa Majapahit ke puncak kejayaannya.