Benarkah Majapahit Pernah Menjajah Tapanuli? Candi-candi Ini Menjadi Saksi Bisunya

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Gugusan candi di Padang Lawas, Sumatera Utara, disebut menjadi saksi penjajahan Majapahit di wilayah Tapanuli.
Gugusan candi di Padang Lawas, Sumatera Utara, disebut menjadi saksi penjajahan Majapahit di wilayah Tapanuli.

Gugusan candi di Padang Lawas, Sumatera Utara, disebut menjadi saksi penjajahan Majapahit di wilayah Tapanuli.

Intisari-Online.com -Majapahit diklaim pernah menguasai wilayah yang membentang dari barat ke timur, wilayah yang sekarang masuk wilayah Nusantara.

Orang-orang kemudian bertanya, apa bukti Majapahit menguasai wilayah-wilayah itu?

Jika kita berbicara konteks Tapanuli, ternyata ada satu gugusan candi di wilayah tersebut yang diduga punya rasa Majapahit banget.

Benar, candi-candi itu disebut sebagai bukti bahwa Majapahit pernah menginjakkan kaki di wilayah yang sekarang masuk Sumatera Utara itu.

Gugusan candi itu berada di kawasan Padang Lawas, dulu bagian dari Kabupaten Tananuli Selatan.

Candi-candi itu memang tak semegahCandi Borobudur di Jawa Tengah.

Tapi kawasan candi, yang dikenal juga dengan biara, itu menyimpan potensi wisata yang patut dimunculkan.

Kawasan Padanglawas berada di wilayah dataran rendah di kaki Pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari barat laut hingga tenggara.

Di situlah berdiricandi-candi Padanglawas, tepatnya di belahan timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Beberapa ahli percaya ini adalahbukti penjajahan Majapahit di Tapanuli.

Untuk mengurangi ekspekstasi, jangan membayangkan candi-candi itu semegah candi-candi i Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Tapi candi-candi di Padang Lawas unik.

Mereka tersebardantersembunyi di antara hutan, perkebunan, dan sungai, serta menyimpan misteri tersendiri.

Seluk-beluk candi-candi itu belum terungkap secara pasti.

Dari sekian banyak candi ataupun reruntuhan candi di Padanglawas, yang "layak" dikunjungi adalah Trio Bahal.

Disebut demikian karena terdiri atas tiga candi, yaitu Candi Bahal I, Bahal II, dan Bahal III.

Ketiganya kini sudah berdiri tegak berkat upaya pemugaran oleh instansi berwenang selama bertahun-tahun.

Ketiga candi itu saling berdekatan dan memiliki karakteristik serupa.

Meski begitu, masing-masing menampilkan gaya arsitektur sendiri.

Candi Bahal berlatar belakang Buddhis.

Ini ditunjukkan dengan bagian atap candi-candi induknya yang merupakan stilirisasi dari stupa.

Bentuk atap paling menarik bisa dilihat pada candi induk Bahal I. Atapnya berbentuk tabung dengan relief-reliefuncal(pita beruntai) berupa jalinan bunga.

Di bagian kanan dan kiri ambang pintu terpahat bentuk sosok manusia yang kini hanya tersisa dari bagian pinggang ke bawah.

Bagian kaki candi terbagi dalam panil-panil yang berisi relief singa danyaksa(makhluk surgaloka).

Kompleks Trio Bahal ini dibentengi oleh pagar keliling dari bata yang dilengkapi gapura atau gerbang rendah.

Semua candi dibangun berbahan bata dengan arah hadap timur.

Masing-masing dilengkapi dengan sepasang makara di bagian bawah pipi tangga candi induk.

Di sekeliling candi induk, kecuali di bagian belakang, terdapat candi-candi perwara (candi kecil yang melengkapi candi induk).

Yang persis berhadapan dengan candi induk berbentuk altar (pendapa).

Di sekeliling candi banyak ditemukan lapik-lapik area maupun penggalan-penggalan area yang bisa jadi rusak akibat usaha penjarahan.

Sebagian temuan telah aman tersimpan di museum situs yang terdapat di kompleks Candi Bahal I.

Sebagian lagi terserak di hamparan rumput yang meninggi di halaman candi.

Beberapa artefak juga telah diselamatkan dan kini tersimpan di Museum Negeri Medan.

Candi Bahal I menjadi candi primadona di Padanglawas dan kawasan Tapanuli Selatan.

Kompleks inilah yang menyedot minat banyak wisatawan, bahkan nyaris tak pernah sepi dibandingkan dengan anggota trio lainnya.

Rupanya, Dinas Perhubungan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tapanuli Selatan mencium potensi itu lalu berusaha melengkapinya dengan sarana dan prasarana penunjang.

Alhasil, saat hari raya seperti Idul Fitri, pengunjung di Candi Bahal I membeludak.

Terlebih lagi setelah dibangun panggung hiburan dan kafe di kompleks ini.

Artikel Terkait