Perang gerilya Pangeran Diponegoro berhasil menggoyahkan kekuasaan Belanda di Jawa.
Strategi dan taktik perang gerilya Pangeran Diponegoro
Pengelabuan: mengelabui musuh dengan cara menyamar, menyebarkan isu-isu palsu, atau melakukan serangan mendadak.
Serangan kilat: melakukan serangan cepat dan mendadak terhadap pos-pos atau pasukan musuh dengan cara menyerbu, menembaki, atau meledakkan.
Pengepungan tak terlihat: melakukan pengepungan terhadap wilayah musuh dengan cara memotong jalur komunikasi, transportasi, atau pasokan.
Memanfaatkan keadaan geografis Jawa.
Dampak dan akhir perang gerilya Pangeran Diponegoro
Dampak bagi Belanda: mengalami kerugian jiwa dan materi yang besar, kehilangan kepercayaan dari rakyat Jawa, mengubah sistem pemerintahan menjadi lebih sentralisasi dan liberal.
Dampak bagi Jawa: mengalami korban jiwa dan penderitaan yang besar, kehilangan tokoh perlawanan yang berpengaruh, mengalami perubahan sosial dan ekonomi akibat perang.
Perang ini menelan korban jiwa terbanyak dalam sejarah Indonesia, yakni 8.000 tentara Belanda, 7.000 pribumi, dan 200 ribu orang Jawa.
Perang ini juga menyebabkan kerugian materi sebesar 25 juta Gulden bagi Belanda.
Baca Juga: Soekarno dan Kennedy: Dua Pemimpin Karismatik yang Membangun Persahabatan di Tengah Perang Dingin
Perang ini berakhir pada tahun 1830, ketika Pangeran Diponegoro ditipu dan ditangkap oleh Belanda saat hendak berdamai.
Ia kemudian dibuang ke Makassar hingga akhir hayatnya 1855.
Perjuangan Pangeran Diponegoro menjadi inspirasi bagi generasi penerus yang berjuang melawan penjajahan Belanda.
Ia dihormati sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia dan tokoh inspiratif yang menolak tahta dan memilih berjuang untuk rakyatnya.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR