Sayap burung nasar mengelilingi tanda ketidakterbatasan.
Simbol di lengan kanan menunjukkan nama asli firaun, Tutankhaten, sedangkan di kiri menunjukkan nama baru Tutankhamun.
Perubahan ini menyinggung restorasi agama yang dihasilkan pada masa pemerintahannya setelah apa yang disebut periode Amarna.
Singgasana itu disertai dengan tumpuan kaki yang diukir di kayu dan dilapisi plesteran dan daun emas.
Ini menggambarkan musuh Mesir Kuno, yang secara simbolis diinjak-injak oleh firaun sambil duduk.
Sebuah teks hieroglif menjelaskan ikonografi ini, “Semua negeri asing yang besar berada di bawah sandal Anda.”
Bagian belakang singgasana menunjukkan salah satu pemandangan paling indah dan sentimental dalam seluruh sejarah seni Mesir Kuno.
Ini merupakan pewaris langsung represntasi karakteristik dari periode Amarna, yang digunakan untuk menunjukkan keluarga kerajaan dalam keintiman, dalam sikap penuh kasih sayang.
Sebagai anteseden yang jelas dari adegan ini adalah prasasti Akhenaten dan Nefertiti bermain dengan putri mereka, yang juga ditemukan di Museum Kairo.
Firaun muda ini muncul duduk di singgasananya, dihibur oleh istrinya (yang adalah saudara perempuannya) Ankhesenamun.
Ankhesenamun dimahkotai oleh cakram matahari yang dikelilingi oleh dua bulu besar.
Dia memakai penutup dada besar dan mengenakan jubah informal.
Ankhesenamun digambarkan mengoleskan salep wangi ke bahu suaminya.
Dia memakai mahkota komposit besar dan muncul mengenakan gelang, penutup dada, dan rok panjang.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR