Intisari-Online.com – Mesir Kuno tak bisa dilepaskan dengan piramida, sphinx, firaun, dan mumi.
Budaya Mesir Kuno sendiri hidup berdampingan dengan gagasan hidup dan mati.
Banjir Sungai Nil yang terjadi hampir tiap tahun kadang-kadang bisa mematikan karena kekerasan airnya yang membanjiri ladang dan jalan, namun banjir itu juga membawa kehidupan baru.
Pliny, dalam perjalannya melalui delta sungai besar, menggambarkan Mesir sebagai ‘tanah hitam’, mengacu pada lumpur yang menutupi dataran suburnya.
Bagaimana dengan bau mumi orang Mesir?
Ritual mumifikasi Mesir secara langsung dikaitkan dengan konsep kehidupan abadi.
Untuk menjaga penampilan tubuh yang baik, maka sisa-sisa manusia diurapi dan ditutupi dengan perban dan minyak sebelum bertemu Osiris.
Osiris adalah dewa yang bertugas menilai kehidupan orang yang meninggal antara kehidupan abadi atau hukuman kejam yang dilemparkan ke binatang Ammit, pemakan orang mati.
Selama ritual pesiapan yang dilakukan oleh para pendeta, tubuh dibumbui dengan wewangian, lebih khusus dalam tujuh wewangian yang dianggap ilahi.
Bau harum sangat penting selama transisi menuju kematian.
Karena parfum sangat disukai oleh para dewa, yang dari tubuhnya diyakini bahwa esensi lezat berasal.
Tercakup dalam minyak itu, membuat mumi berubah menjadi mayat yang sangat indah, maka ini sebagai ‘kendaraan’ untuk kehidupan abadi yang tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukan.
Aroma minyak kemenyan, biji pinus dan cemara bersampur dengan aroma resin cedar atau bunga akasia.
Campuran untuk penciuman itu dimaksudkan untuk disajikan sebagai presentasi ke jajaran Mesir.
Bau pada makam Tutankhamun
Penemuan makam Tutankhamun pada tahun 1922 ditandai dengan lingkaran legenda yang masih bertahan hingga saat ini.
Namun, masih ada detail yang membuat kita terpesona seperti pada pertama kalinya.
Di topeng kematian firaun muda itu ada mahkota bunga, yang layu, tetapi masih mempertahankan warnanya.
Bisa jadi itu adalah sisa-sisa perpisahan terakhir yang dapat diberikan oleh ratunya, Ankhesenamun kepadanya, sebelum dia memulai perjalanan abadinya.
Penemuan itu sangat menandai Carter, yang bertugas menghilangkan kelopak yang setelah ribuan tahun tetap hampir utuh karena kurangnya agen di udara makam rahasia.
Pada tahun-tahun itu, Lembah Para Raja, tempat makam Tutankhamun ditemukan, diyakini telah sepenuhnya dijelajahi, atau jika tidak, dijarah oleh para penjarah.
Namun, sebuah penelitian secara rinci tentang makam firaun muda itu menunjukkan bahwa makam itu telah dijarah dua kali sebelum kedatangan Carter.
Dua kali penjarahan itu berfokus pada ekstraksi wewangian dan lemak wangi dari amphorae firaun, persiapan rahasia dan suci yang telah dijaga dengna ketat oleh para imam dan merupakan barang rampasan nyata bagi para pedagang dari separuh dunia.
Kebiasaan mencuci tangan dan kaki orang Mesir Kuno
Orang Mesir Kuno mempertahankan kebiasaan kebersihan yang sangat sehat yang mencegah epidemi besar yang menghancurkan bagian lain dunia.
Kebiasaan membersihkan tangan dan kaki sebelum masuk rumah atau mencukur rambut untuk mencegah perkembangbiakan parasit, hanyalah beberapa kebiasaan yang menandai kehidupan sehari-hari penduduk kerajaan sungai Nil.
Kebiasaan inilah yang seharusnya kita adaptasi hingga sekarang.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari