Ayahnya adalah seorang Bupati Indragiri, Riau, yang tewas dalam Pembantaian Rengat.
Selain itu, ia masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Perdana Menteri pertama Indonesia, Sutan Syahrir, yaitu keponakannya.
Chairil Anwar memulai pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) atau sekolah dasar untuk kaum pribumi.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Ketika usianya menginjak 18 tahun, Chairil tidak lagi bersekolah. Ia mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia sudah bertekad untuk menjadi seniman.
Chairil Anwar mulai lebih mendalami dunia sastra saat tinggal di Batavia (Jakarta), setelah pindah bersama ibunya pasca-perceraian orangtuanya.
Baca Juga: Raksasa Pertama di Dunia: Firaun Sa-Nakht Punya Tingginya di Atas Rata-rata Masyarakat Mesir Kuno
Pada tahun 1942, karya sastra pertamanya bertajuk 'Nisan' ditulisnya, karya ini terinspirasi dari kematian sang nenek.
Namun, perjalannanya menjadi penyair tak mudah dilaluinya.
Pada tahun 1943, Chairil Anwar mulai mengirimkan puisi-puisi ciptaannya ke majalah Pandji Pustaka untuk dimuat.
Puisi-puisinya terkadang masih menerima penolakan karena dianggap terlalu individualistis. Salah satunya adalah puisi bertajuk Aku.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR