Kisah Lin Zhao, Revolusioner Wanita Komunis yang Jadi Pembangkang, Gunakan Jepit Rambut sebagai Pena dengan Tinta dari Darahnya Sendiri untuk Tulis Prosa dan Puisi Anti-Partai Komunis China

K. Tatik Wardayati

Editor

Gunakan darahnya sendiri sebagai tinta, untuk menulis prosa dan puisi anti-komunis, inilah Lin Zhao.
Gunakan darahnya sendiri sebagai tinta, untuk menulis prosa dan puisi anti-komunis, inilah Lin Zhao.

Intisari-Online.comLin Zhao (1932-1968), adalah seorang revolusioner komunis yang kemudian menjadi pembangkang.

Dia kemudian dieksekusi selama Revolusi Kebudayaan karena mengkritik Mao Zedong dan Partai Komunis China (PKC).

Lin Zhao lahir dengan nama Peng Lingzhao, merupakan anak tertua dari keluarga kaya di Suzhou, provinsi Jiangsu.

Ayah Peng adalah seorang hakim yang bekerja untuk Nasionalis, sementara ibunya, seorang bankir yang sukses, namun memberikan sumbangan rahasia kepada Komunis.

Sebagai seorang siswa yang cerdas dan pembaca yang rakus, Peng tertarik pada politik dan pada usia 16 tahun bergabung dengan PKC.

Dia kemudian menggunakan nama pena Lin Zhao, lalu menulis artikel yang menyerang kebrutalan dan koruspsi di pemerintahan Nasionalis.

Pada akhir tahun 1948, Lin menentang orangtuanya dengan melarikan diri dari rumah dan bergabung dengan kamp pelatihan yang dikelola PKC, tempatnya belajar jurnalisme, propaganda, dan ideologis Maois.

Pada tahun 1950, Lin Zhao dikerahkan sebagai kader partai dan dikirim ke daerah pedesaan untuk melaksanakan reforma agraria Mao Zedong.

Baca Juga: ‘Saya adalah Anjing Ketua Mao’, Kisah Jiang Qing, Istri Ketiga dan Terakhir Mao Zedong, Lahir dari Seorang Pelacur yang Miskin, Jadi Pemimpin Revolusioner Wanita Paling Berpengaruh di China

Baca Juga: Tidak Pernah Dijajah Bangsa Barat, Ternyata Thailand Ternyata Juga 'Diracuni' Ideologi Komunisme yang Sampai Buat AS Bantai Ribuan Warga Thailand Demi Kukuhkan Kekuasaannya

Tugasnya adalah mengorganisir dan mengawasi redistribusi tanah, reorganisasi kehidupan desa dan audiensi ‘Bicara Kepahitan’ melawan mantan tuan tanah.

Meskipun masih muda, Lin tidak mengungkapkan keraguan tentang kekerasan revolusioner, menyaksikan banyak eksekusi dan pernah memerintahkan seorang tuan tanah untuk bermalam di bak air yang membeku.

Pada tahun 1954, Lin mendaftar di Universitas Beijing, di tempat ini dia belajar sastra dan puisi.

Kehidupan universitas memoderasi pandangan politik Lin dan dia mulai mempertanyakan komitmennya terhadap Mao dan partai.

Dia diam-diam masuk Kristen dan secara terbuka mengkritik kebijakan PKC selama Kampanye Seratus Bunga.

Oleh karena itu, Lin lalu diskors dari studinya dan diberikan pekerjaan kasar di sekitar universitas, seperti membunuh nyamuk.

Pada tahun 1960, dia diizinkan bergabung dengan orangtuanya di Shanghai karena sakit, melansir alphahistory.

Di Shanghai, Lin bergabung dengan kelompok mahasiswa bawah tanah dan terus memproduksi artikel-artikel yang menghasut, beberapa di antaranya merinci bagaimana kelaparan yang ditimbulkan oleh program Mao, Lompatan Jauh ke Depan.

Baca Juga: Kisah Soong Mei-Iing, Tokoh Wanita China Berpengaruh di Abad ke-20, Cantik, Berkharisma, Berpendidikan, Pidatonya Pukau Amerika untuk Berikan Dukungan pada China Lawan Agresi Jepang

Baca Juga: Pimpin Pasukan Selir Raja yang Dilatihnya untuk Selamatkan Raja, Inilah Lin Siniang, Pejuang Wanita China yang Telah Gunakan Pedang Mematikan Sejak Usia Dini, Sempat Jadi Pelacur Karena Kemiskinan

Dia juga menulis beberapa puisi dengan tema liberal atau anti-komunis.

Lin ditangkap pada Oktober 1960 dan ditahan selama beberapa tahun tanpa pengadilan.

Dia diperlakukan dengan buruk di penjara tetapi terus menulis prosa dan puisi anti-PKC, kadang-kadang menggunakan jepit rambut yang dicelukan ke dalam darahnya sendiri, sebagai tinta.

Pada tahun 1965, Lin dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, tetapi Revolusi Kebudayaan mengubahnya menjadi hukuman mati karena ‘menyerang, mengutuk, dan memfitnah secara gila-gilaan’ Mao Zedong dan partainya.

Lin Zhao dieksekusi pada April 1968 dengan satu tembakan di kepala.

Ibu Lin diberitahu tentang kematiannya dua hari kemudian ketika pejabat PKC menyerahkan tagihan untuk peluru yang digunakan dalam eksekusi Lin.

Lin diampuni dan direhabilitasi namanya oleh pemerintah Deng Xiaoping pada tahun 1981, meskipun diskusi tentang kehidupan dan karya tulisnya terus ditekan di China.

Baca Juga: Sosoknya Dibandingkan dengan Hua Mulan yang Legendaris, Inilah Wang Cong’er, Prajurit Wanita China yang Lahir dari Kemiskinan, Pimpin Pemberontakan Rakyat Besar Lawan Dinasti Qing yang Korupsi

Baca Juga: ‘Saya adalah Anjing Ketua Mao’, Kisah Jiang Qing, Istri Ketiga dan Terakhir Mao Zedong, Lahir dari Seorang Pelacur yang Miskin, Jadi Pemimpin Revolusioner Wanita Paling Berpengaruh di China

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait