Kaisar Xiaowen menjawab, “Hati saya sakit untuk mengambil alih posisi ayah.”
Kaisar Xiaowen unggul dalam memanah sejak kecil.
Dia bisa memanah dengan akurasi yang tidak pernah gagal selama berburu.
Ketika dia berusia lima belas tahun, dia tidak lagi ingin membunuh, maka dia pun berhenti berburu.
Sebagai seorang Kaisar, Xiaowen sangat baik.
Suatu kali seorang pelayan menuangkan sup panas ke tangannya secara tidak sengaja, dan di lain waktu dia menemukan serangga dan barang kotor di makanannya.
Kaisar Xiaowen hanya menertawakan insiden itu dan tidak mengeluh tentang hal itu.
Pada kesempatan lain seorang kasim memfitnah Xiaowen di depan Janda Permaisuri.
Janda permaisuri memerintahkan dia untuk dicambuk beberapa lusin pukulan tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan dirinya sendiri.
Xiaowen menerimanya dengan tenang dan tanpa mengeluh.
Ketika Xiaowen mengambil takhta setelah janda permaisuri meninggal, dia tidak menghukum kasim yang telah memfitnahnya di belakang punggungnya itu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR