Bagaimanapun, hubungan kedua wanita tersebut menjadi dekat usai Cixi melahirkan seorang putra satu-satunya sang kaisar.
Sementara menghadapi semua kekacauan di negerinya yang telah dihadapinya sejak naik takhta, Kaisar Xianfeng meninggal pada tahun 1861.
Dengan wafatnya Kaisar Xianfeng, putra Cixi yang masih berusia lima tahun menjadi pewaris kekaisaran, yang nantinya dijuluki Kaisar Tongzhi.
Sebelum wafat, Xianfeng telah memilih delapan pangeran dan menteri dari lingkaran dalamnya, untuk membentuk Dewan Bupati dan memerintah sampai putranya dewasa.
Tetapi, Cixi yang saat itu dikenal sebagai Selir Yi, bekerja sama dengan Zhen dalam sebuah rencana untuk melancarkan kudeta.
Kedua wanita ini juga didukung oleh dua saudara laki-laki Xianfeng, Pangeran Gong dan Pangeran Chun.
Cixi dan Zhen berhasil menggulingkan dewan pengawas, memenjarakan lima dari mereka, mengeksekusi satu orang, dan memerintahkan dua lainnya untuk bunuh diri.
Untuk menandai peristiwa tersebut, wanita-wanita tersebut mengubah nama mereka.
Zhen mengubah namanya menjadi Ci'an yang berarti ramah dan tentram. Sementara, Yi mengganti namanya menjadi Cixi, yang berarti ramah dan gembira.
Para pemaisuri janda itu memerintah sampai kaisar cilik menjadi dewasa.
Bahkan setelah Permaisuri Zhen meninggal, Cixi terus menjadi penguasa di balik tirai hingga kaisar berikutnya yang tak lain keponakannya sendiri, Kaisar Guangxu, naik takhta.
Baca Juga: Sultan Agung Hanyakrakusuma Melakukan Serangan ke Batavia Sebanyak Berapa Kali?
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR