Intisari-Online.com -Dinasti Ming yang memerintah China selama 276 tahun, merupakan masa kejayaan yang jadi bukti pemerintahan terbaik.
Meski begitu, pemerintahan ini menyimpan kisah kelam tersendiri.
Kaisar dari Dinasti Ming konon memiliki selir hingga 9.000 banyaknya.
Para selir itu dijadikan gundik secara paksa dengan cara diculikdari rumah mereka dan dilarang meninggalkan 'sangkar emas' selain jika dipanggil ke kamar sang penguasa.
Kala itu, diperlakukan praktik barbar foot binding atau tradisi mengikat kaki agar telapak mereka kecil dan berbentuk mirip lotus yang kuncup.
Sehingga, para perempuan tak bisa melarikan diri.
Mereka bahkan tak bisa berjalan ke kamar sang kaisar, melainkan dibawa dengan tandu dalam kondisi tanpa busana.
Pada masa ini,Kaisar Hongwu memulai tradisi di mana para selir akan dibunuh, dipaksa bunuh diri, atau dikubur hidup-hidup di samping kaisar yang mati.
Dua penerusnya, Yongle dan Hongxi meneruskan tradisi mengerikan itu karena menginginkan para selir hingga alam baka.
Pembantaian Massal di Kota Terlarang
Kaisar Yongle terkenal karena jasanya menciptakan ibukota kedua bagi China, selain Nanjing, dan menamakannya Beijing seperti yang masih disebut sampai sekarang.
Di Beijing, ia membangun"Kota Terlarang," Istana Kekaisaran China di Beijing, yang berlangsung dari 1420-1912.
Selama pemerintahannya, terjadi reformasi militer, ekonomi, dan pendidikan melalui pemerintahan diktatornya.
Namun, tindakan kekejamannya banyak dan didokumentasikan dengan baik.
Melansir Ancient Origins, pada 1421 tak lama setelah Yongle mendirikan Kota Terlarang,ada desas-desus bahwa salah satu selir favorit kaisar melakukan bunuh diri.
Hal itu dilakukannya lantaran dirinya telahberselingkuh dengan seorang kasim istana hanya gara-gara sang kaisar menderita impotensi.
Merasa dipermalukan, kaisar kemudian membungkam semua orang yang tahu tentang keadaannya tersebut.
Dia memberi tahu seluruh istana bahwa selir yang bunuh diri tersebut sebenarnya meninggal lantaran diracun.
Tak hanya itu, iakemudian mengumpulkan 2.800dari harem ini dan mengeksekusinya.
Dalam eksekusi massal ini, gadis-gadis berusia 12 tahun dihukum mati.
Meskipun pembantaian ini tidak disebutkan dalam catatan resmi, ada catatan tertulis dari salah satu selirnya yang lain, Lady Cui, yang sedang pergi dari istana pada saat itu.
Tak lama setelah itu,Lady Cui serta 15 selir kaisar yang tersisa digantung dari tali sutra putih di aula Kota Terlarang.
(*)