Terlepas dari para wanita di harem yang datang dan pergi, Zubaidah memiliki tempat khusus dengan Harun.
Selain harem, Zubaidah memiliki rombongan besar kasim dan gadis,dan dia mencurahkan waktunya untuk melatih mereka.
Dia dilaporkan memiliki lebih dari 100 gadis budak yang ahli dalam melantunkan Al-Qur’an dan dengungan terus bergema dari istananya.
Zubaidah juga memiliki seekor kera peliharaan, yang mengenakan ikat pinggang dan pedang, dan memiliki 30 orang laki-laki untuk menunggunya.
Dia meminta semua orang yang datang ke istana untuk memberi penghormatan kepadanya untuk juga mencium tangan monyet.
Ini berlangsung sampai salah satu Jenderal tertentu marah atas permintaan tersebut dan dia memotong monyet itu menjadi dua dengan pedangnya.
Meski Jenderal itu tidak dihukum oleh Harun, namun Zubaidah menjadi patah hati.
Ketika putra Zubaidah berusia lima tahun, dia secara resmi dicalonkan sebagai ahli waris Harun, tetapi beberapa orang menganggapnya terlalu muda.
Meski demikian, dia menjadi ahli waris, maka pendidikan dan saudara tirinya menjadi perhatian utama Zubaidah.
Dia memilih guru dengan cerman, dan hukuman tidak jarang dilakukan jika anak laki-laki itu berperilaku tidak baik.
Suatu ketika Ma’mun terlambat masuk pelajaran, dia mendapat tujuh cambukan.
Seiring berjalannya waktu, persaingan antara dua bersaudara itu tumbuh, dan Zubaidah menjadi semakin terlibat dalam hal ini.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR