Intisari-Online.com -Pada tahun 1959, seorang kartografer bernama Ilhan Durupinar menemukan jejak kapal di atas sebuah gunung di wilayah Dogubayazit di Turki.
Melansir Jerusalem Post, inggu (3/10/2021),kini para peneliti Amerika dan ilmuwan Turki dari Proyek Penemuan Bahtera Nuh mengklaim bahwa mereka memiliki bukti yang terletak di bawah permukaan Durupinar.
Menggunakan pemindaian 3D teknologi GPR dan ERT, para peneliti mengklaim bahwa mereka menemukan struktur kapal buatan manusia di bawah tanah, sebelum memulai penggalian apa pun.
Formasi yang diidentifikasi dalam pemindaian, menurut tim, cocok dengan dimensi deskripsi Bahtera Nuh dalam Kitab Suci.
Disebutkan bahwa Tuhan memerintah kepada Nuh untuk membangun sebuah bahtera dan membawa serta seekor jantan dan betina dari setiap hewan.
Teks tersebut memuat deskripsi khusus mengenai ukuran dan strukturnya: panjang 300 hasta, lebar 50 hasta, dan tinggi 30 hasta.
Sementara itu, lebih lanjut disebutkan bahwa Bahtera mendarat di perbukitan Gunung Ararat, sebuah gunung berapi aktif di dekat perbatasan timur Turki.
Situs Durupinar berjarak sekitar 30 km sebelah selatan dari gunung tersebut.
Baca Juga: Untuk Para Pengantin Baru, Catat: Ini Penyebab Rumah Tangga Mulai Terasa Membosankan!
Peneliti Andrew Jones dan ilmuwan utama Dr. Fethi Ahmet Yuksel dari Departemen Teknik Geofisika, Departemen Geofisika Terapan Universitas Istanbul percaya bahwa hasil pemindaian menunjukkan artefak buatan manusia di bawah permukaan.
Mereka berpikir itu mungkin saja Bahtera Nuh, dan sangat ingin untuk melanjutkan mempelajari lokasi.
“Data GPR baru menunjukkan garis paralel dan struktur sudut 8 hingga 20 kaki ke bawah,” klaim tim di situs web proyek mereka.
“Garis-garis paralel dan sudut siku-siku di bawah permukaan ini adalah sesuatu yang tidak Anda harapkan untuk dilihat dalam formasi geologis alami.”
Namun, dunia ilmiah tidak mau menerima anggapan mereka.
Sejak penemuan asli oleh kapten Turki, situs Durupinar telah berulang kali dipertanyakan dan dibantah sebagai lokasi Bahtera Nuh.
Pada 1970-an hingga 1990-an, peneliti Amerika Ron Wyatt mempelajari situs tersebut dan menerbitkan penemuannya.
Penelitiannya kemudian secara sistematis dibantah oleh ahli geologi Lorence Collins pada tahun 1996 dalam Journal of Geosciences Education.
Baca Juga: Sinagoga Kuno Ini Miliki Lantai dengan Mozaik Kisah Bahtera Nuh dan Terbelahnya Laut Merah
Dia menolak temuan tersebut sebagai formasi batuan alami dengan struktur yang tidak biasa.
Naik turunnya minat publik dan akademis sudah cukup untuk membuat Kementerian Kebudayaan Turki menempatkan situs tersebut di bawah perlindungan nasional dan memberinya label sebagai taman nasional, tetapi tidak ada proyek penggalian resmi yang disetujui.
Beberapa tim independen sedang mempelajari situs tersebut secara bersamaan, baik dari Turki maupun asing.
(*)