Ma’mun akhirnya dinominasikan sebagai pewaris kedua setelah Amin, dan Harun mempertimbangkan untuk menjadikannya pewaris pertama, yang sangat memprihatinkan Zubaidah.
Situasi ini tidak terbantu dengan kehadiran putra ketiga, yang bernama Qasim, yang dinominasikan sebagai orang ketiga dalam garis suksesi pada tahun 802.
Pada tanggal 24 Maret 809, Harun meninggal karena sakit.
Putra Zubaidah, Amin, telah mempersiapkan kematian ayahnya selama sekitar delapan bulan, jadi mungkin saja dia sakit cukup lama.
Mereka telah menyiapkan surat instruksi untuk peristiwa kematian Harun.
Setelah menerima kabar kematian suaminya, Zubaidah mengumpulkan semua putri semua khalifah dan semua wanita Hasyim untuk sesi berkabung publik.
Putra Zubaidah yang berusia 22 tahun, Amin, menggantikan ayahnya sebagai Khalifah ke-6 Kekahlifahan Abbasiyah.
Saudara-saudaranya kemudian dikeluarkan sebagai pewaris demi putranya sendiri Musa, yang menyebabkan hubungan yang mmeburuk.
Amin segera mulai menarik diri dari haremnya dan keluarganya dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan para kasim, dan perilakunya ini menjadi pembicaraan di kekaisaran.
Zubaidah berusaha mengalihkan perhatian Amin dari pada kasim dengan menghadirkan wanita paling berbakat dan cantik yang dikenakan kostum anak laki-laki, dan wanita berkostum itu menjadi populer.
Namun, Ma’mun memberontak, dan Amin menanggapi itu dengan menyandera istri dan dua putranya.
Perang berikutnya, dua putra terkecil Zubaidah dan Amin juga disandera.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR