Intisari - Online.com -Pada 21 Maret, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia akan melanjutkan pembicaraan damai tetapi dengan tegas tidak memerintahkan gencatan senjata di Ukraina.
"Setiap jeda bisa menjadi kesempatan bagi pasukan Ukraina untuk berkumpul kembali dan melawan tentara Rusia," kata Peskov, mencatat bahwa militer Rusia telah menghadapi situasi ini "berkali-kali" ketika memutuskan untuk melakukan gencatan senjata di Ukraina.
Menurut Dmitry Peskov, selama operasi militer di Ukraina, Rusia telah berulang kali menyatakan gencatan senjata dengan harapan warga sipil dapat dievakuasi dari zona perang dan menerima bantuan kemanusiaan.
Namun, Rusia percaya bahwa pihak Ukraina telah "memanfaatkan" ini untuk memperkuat pasukannya dan menyebabkan militer Rusia menghadapi beberapa kesulitan.
Sejak 5 Maret, Rusia dan Ukraina berulang kali saling menyalahkan ketika koridor kemanusiaan dilanggar di banyak kota, terutama Mariupol.
Pihak Rusia menuduh angkatan bersenjata Ukraina sengaja menghalangi koridor kemanusiaan untuk menggunakan warga sipil sebagai "perisai hidup".
Pada konferensi pers pada 21 Maret, juru bicara Kremlin mengatakan bahwa Moskow tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Zelensky dengan syarat ada lebih banyak kemajuan dalam negosiasi.
"Untuk membicarakan pertemuan antara kedua presiden, pertama-tama, pembicaraan harus dilakukan dengan sukses dan menyepakati hasilnya," kata Dmitry Peskov.
Menurut Dmitry Peskov, sejauh ini, negosiasi antara Rusia dan Ukraina "belum membuat kemajuan yang signifikan" dan "belum ada kesepakatan yang dapat ditandatangani".
Pernyataan Dmitry Peskov datang dalam konteks ibukota Kiev dan kota pelabuhan Ukraina Mariupol berada di bawah banyak tekanan dari serangan Rusia.
Pada 21 Maret, militer Rusia meminta pemerintah Mariupol untuk menyerah untuk menghindari korban sipil, tetapi Kiev membantahnya.
"Perlawanan Mariupol memainkan peran besar dalam menyabotase rencana militer Rusia," tulis Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov di Facebook.
“Bom dijatuhkan setiap 10 menit di Mariupol. Kami membutuhkan lebih banyak amunisi, senjata anti-tank dan anti-pesawat," kata Svyatoslav Palamar, seorang kapten tentara Ukraina di Mariupol, kepada CNN.
Pada 21 Maret, kantor berita Interfax mengutip Denis Pushilin - pemimpin Republik Donetsk yang memproklamirkan diri - mengatakan bahwa dibutuhkan lebih dari seminggu bagi tentara Rusia untuk mengendalikan Mariupol.
“Kami tidak terlalu optimis hanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan mungkin perlu lebih dari seminggu untuk mengendalikan Mariupol. Kota ini sangat besar," kata Denis Pushilin seperti dikutip Interfax.