Pekan lalu, seorang pejabat Pentagon mengkonfirmasi bahwa militer Ukraina telah berhasil menggunakan drone Bayraktar untuk menyerang konvoi militer Rusia di pinggiran Kiev.
Pesawat Bayraktar juga berpartisipasi dalam misi pengintaian, memberikan koordinat target untuk infanteri dan artileri Ukraina.
Bayraktar TB2 memiliki lebar sayap 12 meter dan sebagian besar dibuat dengan bahan elektronik yang diproduksi di AS dan Kanada.
Banyak negara di Timur Tengah, Afrika dan Eropa berminat dengan model UAV bersenjata ini.
Satu Bayraktar TB2 dihargai sekitar 2 juta USD, jauh lebih murah daripada pesawat tempur sungguhan.
Selama bertahun-tahun, model UAV ini juga sangat sukses dalam menyerang target di Suriah dan Libya.
Pakar militer memperkirakan bahwa UAV TB2 tidak berdaya, mudah dideteksi radar, dan memiliki kecepatan jelajah rendah hanya 130 km/jam.
Sementara itu, Rusia memiliki rudal jarak jauh dan jaringan rudal pertahanan udara berlapis yang dapat dengan mudah menembak jatuh kendaraan udara tak berawak seperti TB2.
“UAV TB2 memiliki catatan pertempuran yang luar biasa, tetapi terhadap seluruh sistem pertahanan udara Rusia, itu sama sekali tidak memiliki peluang,” kata Lauren Kahn, pakar konflik yang melibatkan pesawat tanpa awak, di Council on Foreign Relations yang berbasis di New York.
Tidak jelas bagi pejabat Pentagon mengapa Rusia mengizinkan UAV TB2 Ukraina berkeliaran bebas di langit.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR