Intisari - Online.com -Presiden AS Joe Biden meningkatkan retorikanya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis, menyebutnya sebagai "diktator" dan "penjahat" hanya sehari setelah menyatakannya sebagai "penjahat perang."
AS dan sekutunya berdiri bersama melawan Putin, yang adalah “seorang diktator pembunuh, preman murni yang mengobarkan perang tidak bermoral melawan rakyat Ukraina,” kata Biden pada Kamis, di acara tahunan Friends of Ireland Luncheon dilansir dari RT.
Pernyataan Biden datang hanya sehari setelah dia mengatakan kepada seorang reporter di Gedung Putih bahwa dia menganggap Putin adalah penjahat perang, setelah awalnya menjawab dengan negatif.
Kremlin menanggapi bahwa pernyataan seperti itu “tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan,” mengingatkan presiden Amerika tentang bom AS yang menewaskan “ratusan ribu orang di seluruh dunia.”
Pemimpin AS berusia 79 tahun itu menyebut pemimpin Rusia itu sebagai "pembunuh" dalam wawancara Maret 2021.
Sebelum itu, pada beberapa kesempatan, Biden mengklaim bahwa dia telah memberi tahu Putin bahwa dia “tidak punya jiwa” selama pertemuan pada 2011—sesuatu yang menurut Kremlin tidak pernah terjadi.
Dalam sambutannya pada hari Kamis, Biden tampaknya mengulangi klaim lain yang telah dia buat beberapa kali sebelumnya, bahwa Putin dan Presiden Xi Jinping dari China adalah otokrat yang mengancam demokrasi secara global.
Bercanda tentang panggilan teleponnya yang akan datang dengan pemimpin China, Biden mengatakan Xi “mengingat semua yang saya katakan.”
“Semua bercanda,” lanjut Biden, Xi “tidak percaya demokrasi dapat dipertahankan di abad ke-21.”
Warning Rusia
Rusia memperingatkan Amerika Serikat pada Kamis bahwa Moskow memiliki kekuatan untuk menggantikan negara adidaya terkemuka di dunia itu.
Rusia juga menuduh Barat memicu plot Russofobia liar untuk mengobrak-abrik Rusia.
Melansir Reuters, Dmitry Medvedev, yang menjabat sebagai presiden dari 2008 hingga 2012 dan sekarang menjadi wakil sekretaris Dewan Keamanan Rusia, mengatakan Amerika Serikat telah memicu Russophobia "menjijikkan" dalam upaya untuk memaksa Rusia bertekuk lutut.
"Itu tidak akan berhasil. Rusia memiliki kekuatan untuk menempatkan semua musuh kita yang kurang ajar di tempat mereka," kata Medvedev.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa dan Asia telah menjatuhkan sanksi kepada para pemimpin, perusahaan, dan pengusaha Rusia.
Tidak hanya itu, AS juga memutus Rusia dari sebagian besar ekonomi dunia.
Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa apa yang dia sebut operasi militer khusus di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Rusia harus bertahan melawan "genosida" orang-orang berbahasa Rusia oleh Ukraina.
Ukraina membantahnya. Ukraina mengatakan bahwa klaim genosida Putin adalah omong kosong.
Barat mengatakan klaim mereka ingin memporakporandakan Rusia adalah fiksi.
Rusia mengatakan bahwa meskipun ada sanksi, kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik. Dikatakan, upayanya untuk menjalin hubungan dengan Barat setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 sekarang berakhir.
Saat ini, Rusia akan mengembangkan hubungan dengan kekuatan lain seperti China.\