Ramai-ramai Angkat Senjata, 16.000 Relawan dari Timur Tengah Dikatakan Siap Datang untuk Bertempur Membantu Rusia Lawan Ukraina

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Pejuang pro-pemerintah Suriah mengendarai tank mereka melewati warga sipil yang melarikan diri dari Aleppo timur pada 2016
(Ilustrasi) Pejuang pro-pemerintah Suriah mengendarai tank mereka melewati warga sipil yang melarikan diri dari Aleppo timur pada 2016

Intisari-Online.com - Pada Jumat (11/3/2022), diberitakan bahwa Rusia berencana menyambut 16.000 sukarelawan.

Mereka sebagian besar dari Timur Tengah dan ingin ikut berperang bersama militer Rusia di Ukraina.

The National News, mewartakan bahwa mereka termasuk ribuan sukarelawan veteran Suriah yang ingin bergabung dalam perang, kata Menteri Pertahanan Sergei Shoigu.

Ucapan itu terlontar beberapa hari setelah pejabat AS mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa Rusia merekrut pejuang dari Suriah, di mana kehadiran militernya cukup besar untuk mendukung pasukan yang mendukung Presiden Bashar Al Assad.

Rekaman yang dibagikan oleh Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan puluhan pria berkamuflase.

Mereka ramai-ramai mengangkat senapan serbu Kalashnikov dan spanduk pro-Rusia yang dikatakan sebagai veteran Suriah yang ingin bergabung dalam konflik Ukraina.

Pasukan Moskow semakin dekat ke ibu kota Kyiv, dua minggu setelah Putin mengumumkan "operasi militer khusus" di tetangga Rusia yang pro-barat.

Tidak jelas apakah para sukarelawan akan diintegrasikan ke dalam militer reguler Rusia, apakah Moskow akan membentuk brigade atau apakah mereka yang mendaftar akan bergabung dengan pasukan separatis Ukraina yang berjuang bersama Rusia.

Baca Juga: Disanksi Tidak Jera, Begini Ternyata Cara Rusia Tetap Dapat Pendapatan Fantastis Lewat Aset Energinya, Tiba-tiba Gaet Negara Asia Ini Jadi Mitra Perdagangannya

Baca Juga: China dan India Sudah Dukung Rusia dalam Perang Rusia-Ukraina, Lantas Apa Dampaknya Bagi Perdamaian Indo-Pasifik? Ternyata Kerugian Ini Bisa Sambar Indo-Pasifik dan Indonesia Termasuk di Pasar Global

"Jika Anda melihat ada orang yang ingin secara sukarela (membantu separatis Ukraina timur), maka Anda perlu menemui mereka di tengah jalan dan membantunya bergerak ke zona pertempuran," kata presiden kepada Shoigu selama pertemuan dewan keamanan yang disiarkan televisi.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa Kementerian Pertahanan telah "berbicara secara khusus tentang mereka yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan dari Suriah".

"Tidak ada pembicaraan tentang sesama warga kami (sukarelawan)," katanya.

Di sisi yang berlawanan, puluhan ribu sukarelawan telah mendaftar diri untuk bergabung dengan pasukan Ukraina melawan Rusia.

Peskov mengatakan keputusan untuk mengirim pejuang sukarelawan ke Ukraina adalah masuk akal, mengklaim bahwa AS mendukung langkah-langkah untuk mengirim tentara bayaran untuk bergabung dengan tentara Kyiv.

"Jika Barat sangat antusias dengan kedatangan tentara bayaran, maka kami juga memiliki sukarelawan yang ingin berpartisipasi," kata Peskov.

Tentara bayaran Rusia memberikan dukungan penting kepada separatis pro-Moskow di Ukraina timur pada tahun 2014, kata pengamat.

Tepatnya yakni ketika Kremlin mencaplok semenanjung Krimea setelah demonstrasi jalanan menggulingkan seorang pemimpin yang bersahabat dengan Kremlin.

Baca Juga: Tantang Balik NATO, Rusia Sebut Mereka Bisa Menarget Pasokan Senjata Barat untuk Ukraina, 'Konvoi Ini Jadi Target Empuk!'

Baca Juga: 500 Tentara Lakukan Bunuh Diri pada 2006 hingga Perpeloncoan yang Mendarah Daging, Inilah Rahasia Gelap Angkatan Darat Rusia yang Ditutup-tutupi

Ada juga sejumlah besar tentara bayaran Rusia di samping penempatan militernya sejak Suriah 2015, ketika kampanye udara berat Moskow menghancurkan oposisi dan membalikkan keadaan untuk mendukung Assad.

Rusia melancarkan serangannya di Ukraina akhir bulan lalu, memicu eksodus pengungsi ke Eropa dan tuduhan kejahatan perang.

Anggota NATO, aliansi militer pimpinan AS yang ingin bergabung dengan Ukraina, telah meningkatkan pasokan senjata secara signifikan ke Ukraina, dan memperkuat jumlah pasukan di dekat Rusia.

Putin pada hari Jumat meminta Shoigu untuk mempersiapkan rencana kemungkinan benteng perbatasan barat Rusia "sebagai tanggapan atas tindakan yang diambil oleh negara-negara NATO".

Polandia dan tiga negara Baltik berbagi perbatasan yang sama dengan Rusia, sementara Ukraina berbatasan dengan anggota NATO, Hongaria, Rumania, dan Slovakia.

Putin mengatakan setiap senjata yang disita selama pertempuran oleh pasukan Rusia, harus diserahkan kepada pemberontak di Ukraina timur, wilayah yang diakui Moskow sebagai wilayah merdeka sesaat sebelum invasi.

Baca Juga: Rusia Bikin Panik Satu Dunia, Berhasil Duduki Ukraina, Rupanya Dua Reaktor Nuklir Besar Chernobyl dan Zaporizhzhia Ini Sudah Di Tangan Rusia, Kebocoran Radiasi Bisa Terjadi Kapan Saja

Baca Juga: Diundang 'Piknik Menyantap Lemak Babi,' Cara Terselubung Organisasi Rahasia Rusia Rekrut Tentara Bayaran yang Isinya Para Kriminal

(*)

Artikel Terkait