Intisari - Online.com - Taiwan bersiap terhadap kemungkinan yang terburuk jika China menyerang mereka setelah perang Rusia-Ukraina terlaksana.
Melansir Kontan, ahli strategi militer Taiwan telah mempelajari serangan Rusia ke Ukraina dan strategi perlawanan Ukraina untuk menjadi strategi pertempuran pulau itu sendiri jika China berhasil menyerang Taiwan.
Sejauh ini belum ada aktivitas mencurigakan dari China yang bisa dianggap ancaman oleh Taiwan.
China menganggap Taiwan adalah wilayah milik China, sedangkan Taiwan sudah mengklaim mereka negara merdeka yang berdaulat penuh.
Dikutip dari Reuters, rudal presisi Rusia dan kemampuan Ukraina melawan walaupun kalah awak dan senjata diawasi dengan cermat di lingkaran keamanan di Taiwan, yang pasukannya sendiri juga dikerdilkan oleh China.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah memperjuangkan gagasan perang asimetris, untuk membuat pasukannya lebih mobile dan sulit diserang, misalnya dengan rudal yang dipasang di kendaraan.
Ma Cheng-Kun, direktur Institut Pascasarjana Studi Urusan Militer China di Universitas Pertahanan Nasional Taiwan, mengatakan Ukraina telah menggunakan konsep yang sama dengan senjata bergerak untuk menghalangi pasukan Rusia.
"Militer Ukraina telah memanfaatkan sepenuhnya perang asimetris, sangat efektif, dan sejauh ini berhasil menahan kemajuan Rusia," tambah Ma, penasihat pemerintah untuk kebijakan China.
"Itulah tepatnya yang dikembangkan secara proaktif oleh angkatan bersenjata kami," katanya, menunjuk pada senjata seperti roket anti-armor bahu Kestrel yang ringan dan dikembangkan secara lokal yang dirancang untuk perang jarak dekat.
"Dari penampilan Ukraina, kami bisa lebih percaya diri dengan penampilan kami sendiri."
KOMENTAR