Bak Sudah Pastikan Bakal Tetap Cuan Besar Meski Perang Dunia III Meletus, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dijamin Bikin China Untung Apapun Skenarionya

Tatik Ariyani

Penulis

Stasiun Halim Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Stasiun Halim Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Intisari-Online.com -Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung masih terus dikebut dan rencananya pada akhir Desember 2022 bakal dilakukan uji coba.

Mega proyek tersebut diperkirakan memakan biaya investasi hingga Rp113,9 triliun, meleset dari perhitungan awal sebesar Rp84,3 triliun. Investasi ini juga melampaui perkiraan investasi yang ditawarkan Jepang sebelumnya.

Tarif yang harus dibayar masyarakat untuk bisa menikmati layanan kereta cepat juga sudah mulai dipatok.

Sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh Polar Universitas Indonesia, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengusulkan harga tiket Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau KCJB sebesar Rp150.000 hingga Rp300.000.

Dengan harga tiket sebesar itu diasumsikan, balik modal diperkirakan mencapai 40 tahun, dengan asumsi keterisian jumlah penumpang terpenuhi. Dengan kata lain, perkiraan balik modal bisa lebih panjang.

Meski perkiraan waktu balik modal mencapai 40 tahun, sebenarnya China tetap akan diuntungkan dari proyek tersebut, alasannya?

1. Keuntungan bunga utang

Diketahui, di tengah lobi Jepang untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung, tiba-tiba saja China muncul dan melakukan studi kelayakan untuk proyek yang sama.

Baca Juga: Rencana Pemindahan Ibu Kota Buyarkan Semuanya, Kereta Api Cepat Jakarta - Bandung Disebut Baru Bisa Menguntungkan Negara 40 Tahun Lagi, Bengkaknya Anggaran Ini Sebabnya

Baca Juga: Pantas China Mati-matian Dorong Pembangunan Kereta Cepat, Media Inggris Ungkap Posisi Indonesia dalam Rencana BesarChina Kuasai Dunia

China kemudian menawarkan nilai investasi yang lebih murah, yakni sebesar 5,5 miliar dollar AS dengan skema investasi 40 persen kepemilikan China dan 60 persen kepemilikan lokal, yang berasal dari konsorsium BUMN.

Dari estimasi investasi tersebut, sekitar 25 persen akan didanai menggunakan modal bersama dan sisanya berasal dari pinjaman dengan tenor 40 tahun dan bunga 2 persen per tahun.

Terlebih, meski utang tidak ditanggung lagsung pemerintah, utang tersebut nantinya akan dibebankan kepada perusahaan BUMN Indonesia yang terlibat dalam konsorsium tersebut.

Sesuai dengan rencana awalnya yakni menggunakan skema business to business, maka utang akan ditanggung oleh konsorsium yang di dalamya terdapat beberapa perusahaan BUMN yang terlibat yakni PT KAI (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PTPN.

Seperti diketahui, keempat BUMN tersebut membentuk usaha patungan yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.

Perusahaan ini kemudian menggenggam saham sebesar 60 persen di PT KCIC. Sementara sisa saham 40 persen digenggam konsorsium China.

2. Konsesi dijamin pemerintah

Pada 2016 silam, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan menjamin perjanjian konsesi proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tidak akan mengalami pembatalan sepihak dari pemerintah.

Baca Juga: Gencarkan Penjualan Produk UMKM Secara Daring, Kemenparekraf Luncurkan Warung Rojali

Baca Juga: Jatuhkan Sanksi Berat Kepada Rusia, Terkuak Eropa Ternyata Tak Bisa Hidup Tanpa Rusia, Pasokan Energi Ini Siap Dipotong Putin Kapan Saja

Dalam klausul yang disepakati, perjanjian konsesi tidak dapat dibatalkan sepihak oleh pemerintah meskipun diperintah Undang-undang (UU).

Konsesi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yakni 50 tahun. Jaminan bahwa perjanjian tidak akan dibatalkan tertuang dalam poin keenam.

Bahkan selain konsesi, pemerintah Indonesia yang sebelumnya berjanji tidak akan menggunakan sepeserpun duit APBN dengan skema business to business, akhirnya harus merevisinya.

Penegasan semua biaya Kereta Cepat Jakarta Bandung tanpa uang APBN sebelumnya disahkan pemerintah Jokowi lewat penerbitan Perpres Nomor 107 Tahun 2015, tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Meski demikian, Jokowi kemudian meralatnya agar APBN bisa ikut mendanai kereta cepat dengan menandatangani Perpres Nomor 93 Tahun 2021.

3. Besarnya penyerapan produk dan tenaga kerja China

Keuntungan selanjutnya yang didapatkan China tentulah serapan tenaga kerja maupun produk impor asal China. Proyek ini diketahui melibatkan cukup banyak TKA China.

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung juga jadi berkah besar bagi sejumlah BUMN China. Selain trainset kereta, semua relnya juga dibeli dari China.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Sudah Negosiasi,Tapi Mengapa Rudal Rusia Masih Terus Menghantam Ukraina, Benarkah Tak Ada Kesepakatan yang Dibuat?

Baca Juga: Inilah Elena Glinskaya, Ibunda Kaisar Rusia yang Mengerikan, Ivan IV, yang Berhasil Lakukan Gencatan Senjata dengan Negara Ini

Dikutip dari surat kabar China People's Daily Online, perusahan pembuat Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah China Railway Material Co Ltd.

China Railway Material Co Ltd yang merupakan BUMN RRC ini mengirimkan sekitar 8.000 ton rel R.60 yang memang dibuat untuk lintasan kereta berkecepatan tinggi.

Wang Hui, CEO China Railway Material Co Ltd, mengatakan, "Kami mengekspor total 37.900 ton rel besi untuk mendukung pembangunaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Ini adalah ekspor perdana kami untuk produk rel berkecepatan tinggi dengan panjang 50 meter buatan China."

Baca Juga: Mengular Sepanjang 60 Km, Rusia Sempat Kerahkan Konvoi Militer Besar untuk Serang Kiev Ukraina

Baca Juga: Berusia 8.000 Tahun, Batu Seni Situs Warisan Dunia di Dalam Gurun Sahara Ini ‘Dirusak’ dengan Coret-coretan Grafiti Tak Bertanggung Jawab, Mungkinkah Dipulihkan Kembali?

Artikel Terkait