Intisari-Online.com -Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu proyek yang paling banyak disorot.
Sebabproyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu sudah dimulai sejak 2015.
Kini, memasuki tahun 2022, rencananya proyek ini akan rampung.
Hal itu disampaikan oleh pihak China yang diwakili olehMenteri Luar Negeri China Wang Yi.
KepadaMenteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pihak China berkomitmen bahwa proyek kereta cepat ini akan rampung di akhir tahun 2022.
"Kedua belah pihak akan lebih menyelaraskan BRI dan visi Poros Maritim Global,"ungkap Kemenlu China seperti dikutip dalam keterangan resminya, Selasa (8/6/2021).
"Tujuannya untuk memastikan penyelesaian kereta cepat Jakarta-Bandung sesuai jadwal."
Dilansir dari kompas.com pada Juni 2021 silam, proyekKereta Cepat Jakarta-Bandung ini merupakan bagiandari program Belt and Road Initiative (BRI).
Program BRI sendiri merupakan salah strategi yang dilakukan China.
Di mana mereka berupaya untukmenghubungkan Asia dengan Afrika dan Eropa melalui jaringan darat dan laut.
Tujuannya untukmeningkatkan integrasi regional, meningkatkan perdagangan, dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Dilansir darimiddleeastmonitor.com pada Selasa (15/2/2022),Irak adalah target utama untuk program BRIpada tahun 2021.
Di mana Iraq menerima 10,5 miliar Dollar AS dalam pembiayaan untuk berbagai proyek. Salah satunyapembangkit listrik tenaga minyak berat.
Reuters melaporkan bahwa secara total, China melakukan kerja sama dengan 144 negara dan memberikan investasi senilai59,5 miliar Dollar AS.
Irak, tempat Amerika Serikat (AS) mengakhiri misi tempurnya tahun lalu, telah menjadi mitra terbesar ketiga di BRI,setelah Pakistan dan Rusia.
Mereka telah terlibat sejak 2013.
China dan Irak telah bekerja sama untuk membangun pembangkit listrik tenaga minyak berat Al-Khairat senilai 5 miliar Dollas AS di Provinsi Karbala di Irak.
Lalu Sinopec dari China telah memenangkan kontrak untuk mengembangkan ladang gas Mansuriya Irak di dekat perbatasan Iran.
Kedua negara juga bekerja sama dalam proyek bandara, solar, dan lainnya.
Setelah Irak, Serbia dan Indonesia adalah target utama untuk keterlibatan konstruksi BRI.
China meluncurkan proyek BRI pada tahun 2013 untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan seluruh dunia dan telah menghabiskan banyak uang untuk pengembangan infrastruktur di lusinan negara di seluruh dunia.
Tetapi beberapa kritikus mengatakan pembiayaan yang ditawarkan oleh Beijing seringkali tidak menguntungkan, tidak transparan, dan membuat beberapa negara miskin, terutama di Afrika.
Tidak heran ada banyak negara yang bergantung pada China melalui utang.