Intisari-Online.com - Melansir CNN, Kamis (24/2/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan operasi militer di wilayah Donbas, Ukraina timur, Kamis pagi waktu setempat.
Rusia melancarkan invasi besar-besaran di Ukrania lewat darat, udara dan laut.
Kekhawatiran Barat tentang kemungkinan meletusnya perang besar kini menjadi kenyataan.
Dalam pidatonya, yang disiarkan di televisi nasional Rusia, Putin mendesak pasukan Ukraina untuk meletakkan senjata mereka dan pulang.
Menghadapi serangan Rusia, militer Ukraina memiliki kepemimpinan yang baik serta semangat dan motivasi yang tinggi.
Namun, sebagian besar baju besi dan peralatan mereka relatif tua dengan pertahanan 'bak kaleng kerupuk'.
Meskipun pabrik telah mengeluarkan versi modern dari model lama seperti tank T72, ini memberikan sedikit perlawanan yang efektif terhadap tank dan kendaraan lapis baja Rusia yang jauh lebih modern.
Lebih lanjut, tentara Ukraina rentan terhadap artileri Rusia, yang secara tradisional merupakan senjata paling tangguh Tentara Merah, dan ancaman yang ditimbulkan oleh pesawat serang Rusia.
Mereka mungkin lemah pada tank modern dan persenjataan canggih, tetapi mungkin memiliki keunggulan dalam hal moral dan konseptual.
Jika terjadi kekalahan di lapangan, para pemain bertahan Ukraina bisa saja melakukan pemberontakan bersenjata lengkap, bermotivasi tinggi, dan berlarut-larut, mungkin didukung oleh Barat.
Namun sebelum Putin mengumumkan invasi secara resmi, tepatnya saat Rusia baru mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, negara pimpiman Volodymyr Zelensky telah mencari jalan keluar.
Ukraina ingin menggunakan sistem pertahanan Iron Dome dari Israel untuk menghadapi kemungkinan serangan Rusia.
Namun Israel menolak penjualan rudal Iron Dome ke Ukraina. Hal ini diungkapkan oleh jurnalis dan penulis terkenal Israel, Nadav Eyal.
Dalam kolom yang ditulis untuk harian Israel, Yedioth Ahronoth, Eyal mengatakan, penolakan terjadi untuk menghindari keterlibatan Israel dalam krisis Rusia-Ukraina.
Tel Aviv tidak mau ikut terlibat dalam konflik, karena Moskow juga menempatkan pasukannya di Suriah seiring konflik yang terjadi antara Israel dan Suriah.
Sementara, Rusia memihak pada Suriah dan menekan Israel untuk menghentikan serangan.
"Penjualan teknologi kepada pihak ketiga tidak memungkinkan tanpa persetujuan bersama," ujar Eyal.
Beberapa anggota Kongres telah membuat amandemen RUU pertahanan 2022, yang akan menekan Gedung Putih untuk menjual atau mentransfer sistem pertahanan udara dan rudal ke Ukraina, termasuk Iron Dome.
Pada waktu itu, Rusia masih menyangkal tuduhan Barat yang mengatakan bahwa Vladimir Putin merencanakan invasi.
Namun kekhawatiran Barat dan juga Ukraina kini terbukti sudah menjadi kenyataan.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR