Penulis
Intisari - Online.com -Perang modern Rusia dan Ukraina tidak bisa lepas dari sejarah rumit yang melingkupi keduanya.
Kemarin sudah dibahas sedikit mengenai sejarah kedua negara, kembali akan dibahas mengenai tumbuhnya rasa merdeka di Ukraina.
Melansir penjelasan dari Ronald Suny profesor University of Michigan yang diunggah di The Conversation, beginilah sejarah hubungan Rusia-Ukraina.
Pengakuan kemerdekaan Donetsk dan Luhansk menjadi penting dalam konflik Rusia-Ukraina.
Hal in karena ketika Putin mengakui republik Donbas sebagai wilayah merdeka, ia secara serius meningkatkan konflik, yang jadi pendahuluan invasi skala besar Ukraina.
Invasi ini menjadi sinyal jelas bagi Barat bahwa Rusia tidak akan mundur dan menerima persenjataan lebih jauh dan peletakan senjata di Ukraina, Polandia dan Romania.
Presiden Rusia kini memimpin negara itu ke dalam perang pencegahan yang berbahaya, yaitu perang berdasarkan kegelisahan bahwa kadang di masa depan negaranya akan diserang.
Hal ini tentunya menjadi hasil yang tidak terduga.
Sementara itu, Putin pernah menceritakan sejarah Ukraina yang diunggah dalam New York Times bahwa "pemerintahan Soviet baru di bawah Lenin yang menarik begitu banyak cemoohan dari Putin akan menghancurkan negara Ukraina merdeka yang baru lahir."
Ada rumor bahwa selama era Soviet, bahasa Ukraina dilarang dari sekolah dan budayanya hanya boleh ada dalam bentuk karikatur kartun menari Cossack dengan celana bengkak.
Pemerintahan Lenin memenangkan perang sipil 1918-1921 di Ukraina dan mengusir pihak ikut campur asing, mengkonsolidasikan dan mengakui berdirinya Republik Sosialis Soviet Ukraina.
Memang benar bahwa kebijakan Lenin mendorong berdirinya negara Ukraina di dalam Uni Soviet, membuat mereka melepas diri tanpa kondisi.
Hak ini dinilai Putin secara marah adalah ladang ranjau yang bisa meledakkan Uni Soviet.
Bahasa Ukraina tidak pernah dilarang di Uni Soviet dan diajarkan di sekolah.
Pada akhir 1920-an, budaya Ukraina secara aktif dipromosikan oleh kebijakan nasionalis Lenin.
Namun di bawah kepemimpinan Stalin, bahasa Ukraina dan budayanya ditekan agar tidak dipakai.
Hal ini dimulai pada awal 1930-an ketika nasionalis Ukraina ditekan, dan "Kelaparan Kematian" membunuh jutaan rakyat miskin Ukraina, dan Rusifikasi, yaitu proses mempromosikan bahasa dan budaya Rusia, dipercepat di Ukraina.
Dalam batas-batas ketat sistem Soviet, Ukraina, seperti banyak negara lain di Uni Soviet, menjadi negara modern, sadar akan sejarahnya, melek bahasanya, dan bahkan diizinkan untuk merayakan budaya etnisnya dengan terbatas.
Namun kebijakan kontradiktif Soviet di Ukraina sama-sama mempromosikan negara budaya Ukraina sambil membatasi kebebasan, kedaulatan, dan ekspresi nasionalismenya.
Sejarah adalah ilmu sosial yang diperebutkan sekaligus subversif.
Ini digunakan dan disalahgunakan oleh pemerintah dan pakar dan propagandis.
Tetapi bagi sejarawan, ini juga merupakan cara untuk mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan mengapa.
Sebagai pencarian kebenaran, itu menjadi subversif dari pandangan yang nyaman tetapi tidak akurat tentang dari mana kita berasal dan ke mana kita mungkin akan pergi, tutup Suny.