Find Us On Social Media :

Sejauh Ini Belum Ada Rudal Nuklir yang Dikerahkan ke Ukraina, Terkuak Ini Daftar Senjata Militer yang Sudah Digunakan Rusia untuk Menghajar Ukraina

By Khaerunisa, Sabtu, 26 Februari 2022 | 19:05 WIB

Rudal Tochka di Vugledar - Rudal Kh-31P di Kiev.

Intisari-Online.com - Rusia merupakan salah satu negara yang paling banyak memiliki senjata nuklir.

Bahkan dalam pidatonya baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin secara gamblang menyebut bahwa negaranya adalah salah satu negara nuklir paling kuat.

Dilansir Associated Press, pernyataan tersebut bisa berarti bahwa Putin menunjukkan kekuatan nuklir yang dimiliki Rusia.

"Mengenai urusan militer, bahkan setelah runtuhnya Uni Soviet dan kehilangan sebagian besar kemampuannya, Rusia saat ini tetap menjadi salah satu negara nuklir paling kuat," ujar Putin dalam pidatonya, Kamis (24/2/2022).

Selain itu, sambung Putin, Rusia juga memiliki keunggulan tertentu dalam beberapa senjata mutakhir.

"Dalam konteks ini, tidak ada keraguan bagi siapa pun bahwa calon agresor akan menghadapi kekalahan dan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika menyerang negara kita secara langsung," imbuh Putin.

Dengan mengucapkan kata "nuklir" Putin memainkan kemungkinan bahwa pertempuran saat ini di Ukraina mungkin mengarah ke konfrontasi nuklir antara Rusia dan AS, sebagaimana dilansir Associated Press.

Meski sampai saat ini belum ada rudal nuklir yang dikerahkan Rusia ke Ukraina, tetapi serangannya sudah begitu menghancurkan, inilah berbagai senjata yang disebut telah digunakan Rusia.

Baca Juga: Bisa Lindungi Putin dari Bom dan Peluru, Beginilah Hebatnya 'Benteng Berjalan' Presiden Rusia, Bersaing dengan Milik Joe Biden

Baca Juga: Kalah Jika Adu Senjata Militer, Pasukan 'Rahasia' Milik Ukraina Malah Bikin Kementerian Pertahanan Rusia Kerepotan, dengan Cara Ini

Melansir 24h.com.vn (25/2/2022), operasi militer Rusia yang dimulai sejak 24 Februari pagi menggunakan serangkaian peluncuran rudal dari darat, laut dan udara.

Serangan itu dilakukan untuk melemahkan kemampuan pertahanan diri Ukraina, menghancurkan kesadaran situasional komandan militer, dan mengganggu saluran komunikasi.