Namun sebelum Putin mengumumkan invasi secara resmi, tepatnya saat Rusia baru mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, negara pimpiman Volodymyr Zelensky telah mencari jalan keluar.
Ukraina ingin menggunakan sistem pertahanan Iron Dome dari Israel untuk menghadapi kemungkinan serangan Rusia.
Namun Israel menolak penjualan rudal Iron Dome ke Ukraina. Hal ini diungkapkan oleh jurnalis dan penulis terkenal Israel, Nadav Eyal.
Dalam kolom yang ditulis untuk harian Israel, Yedioth Ahronoth, Eyal mengatakan, penolakan terjadi untuk menghindari keterlibatan Israel dalam krisis Rusia-Ukraina.
Tel Aviv tidak mau ikut terlibat dalam konflik, karena Moskow juga menempatkan pasukannya di Suriah seiring konflik yang terjadi antara Israel dan Suriah.
Sementara, Rusia memihak pada Suriah dan menekan Israel untuk menghentikan serangan.
"Penjualan teknologi kepada pihak ketiga tidak memungkinkan tanpa persetujuan bersama," ujar Eyal.
Beberapa anggota Kongres telah membuat amandemen RUU pertahanan 2022, yang akan menekan Gedung Putih untuk menjual atau mentransfer sistem pertahanan udara dan rudal ke Ukraina, termasuk Iron Dome.
Pada waktu itu, Rusia masih menyangkal tuduhan Barat yang mengatakan bahwa Vladimir Putin merencanakan invasi.
Namun kekhawatiran Barat dan juga Ukraina kini terbukti sudah menjadi kenyataan.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR