Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira yang merupakan keturunan Wangsa Syailendra dan ibunya bernama Dewi Tara, putri Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma.
Berdasarkan kemiripan nama, seorang filolog Belanda bernama De Casparis menyamakan Samaragrawira dengan Samaratungga.
Dikisahkan, sepeninggal Samaratungga, terjadi perang saudara memperebutkan takhta antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan, suami saudarinya, Pramodawardhani.
Balaputradewa mengalami kekalahan dalam perang tersebut, sehingga kemudian menyingkir ke Sumatera.
Tetapi, teori tersebut dibantah oleh filolog Indonesia, Slamet Muljana, karena Samaratungga hanya memiliki seorang anak, yaitu Pramodawardhani.
Disebut, Balaputradewa adalah adik Samaratungga yang meninggalkan Jawa bukan karena kalah perang, tetapi karena memang tidak memiliki hak atas takhta tanah Jawa.
Tetapi, ia memiliki hak sebagai pewaris tahta Sriwijaya dari garis ibu.
Balaputradewa Menjadi Raja Terbesar Sriwijaya
Selain memiliki wilayah kekuasaan yang luas, di bawah kekuasaannya, Sriwijaya juga menjelma menjadi pusat agama Budha Mahayana di kawasan Asia Tenggara.
Dalam catatan seorang pendeta asal Tiongkok bernama I Tsing disebutkan, Sriwijaya pada masa itu menjadi rumah bagi sarjana Budha.
Bahkan Sriwijaya memiliki seorang pendeta terkenal bernama Sakyakirti, yang konon memiliki murid sebanyak 1000 orang.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR