Intisari-Online.com - Seperti kerajaan-kerajaan lainnya, Kerajaan Sriwijaya juga punya seorang raja yang berhasil membawa kerajaan ini ke puncak kejayaannya.
Raja yang dikenal sebagai terbesar Kerajaan Sriwijaya itu adalah Balaputradewa.
Ia merupakan raja Kerajaan Sriwijaya yang berkuasa pada abad ke-9.
Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya berhasil mencapai puncak kejayaannya.
Kejayaan kerajaan yang berada di Pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Palembang ini, dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, seperti bidang maritim, politik, dan ekonomi.
Wilayah kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa.
Bahkan Sriwijaya disebut sebagai negara nasional pertama di nusantara sebab wilayahnya begitu luas, hingga meliputi hampir seluruh Indonesia.
Sosok yang berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya ke puncak kejayaannya ini rupanya masih keturunan Mataram Kuno, kerajaan bercorak Hindu-Budda di Pulau Jawa yang berdiri antara abad ke-8 hingga abad ke-9.
Asal-usul Balaputradewa diperdebatkan, tetapi diyakini ia adalah salah satu dari keturunan Wangsa Syailendra.
Dalam prasasti Nalanda, disebutkan bahwa Balaputradewa adalah raja besar Kerajaan Sriwijaya yang merupakan cucu seorang raja Jawa bernama Dharanindra.
Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira yang merupakan keturunan Wangsa Syailendra dan ibunya bernama Dewi Tara, putri Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma.
Berdasarkan kemiripan nama, seorang filolog Belanda bernama De Casparis menyamakan Samaragrawira dengan Samaratungga.
Dikisahkan, sepeninggal Samaratungga, terjadi perang saudara memperebutkan takhta antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan, suami saudarinya, Pramodawardhani.
Balaputradewa mengalami kekalahan dalam perang tersebut, sehingga kemudian menyingkir ke Sumatera.
Tetapi, teori tersebut dibantah oleh filolog Indonesia, Slamet Muljana, karena Samaratungga hanya memiliki seorang anak, yaitu Pramodawardhani.
Disebut, Balaputradewa adalah adik Samaratungga yang meninggalkan Jawa bukan karena kalah perang, tetapi karena memang tidak memiliki hak atas takhta tanah Jawa.
Tetapi, ia memiliki hak sebagai pewaris tahta Sriwijaya dari garis ibu.
Balaputradewa Menjadi Raja Terbesar Sriwijaya
Selain memiliki wilayah kekuasaan yang luas, di bawah kekuasaannya, Sriwijaya juga menjelma menjadi pusat agama Budha Mahayana di kawasan Asia Tenggara.
Dalam catatan seorang pendeta asal Tiongkok bernama I Tsing disebutkan, Sriwijaya pada masa itu menjadi rumah bagi sarjana Budha.
Bahkan Sriwijaya memiliki seorang pendeta terkenal bernama Sakyakirti, yang konon memiliki murid sebanyak 1000 orang.
Selain bentang kekuasaan dan pendidikan, Sriwijaya juga menjadi salah satu pusat perdagangan penting.
Status sebagai pusat perdagangan ini membuat peningkatan dari segi pembayaran upeti dan pajak serta keuntungan hasil perdagangan.
Raja Balaputradewa juga menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala dari India yang kala itu dipimpin oleh Raja Dewapala Dewa.
Raja tersebut menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk mendirikan asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang juga menandakan bahwaBalaputradewa memerhatikan ilmu pengetahuan bagi generasi mudanya.
(*)