Awalnya, dia melakukan perubahan agama yang sangat kontroversial. Rakyatnya menyembah banyak dewa tetapi di atas semua itu, dewa agung Amun.
Tak lama setelah naik takhta, Amenhotep IV memutuskan bahwa sejak saat itu, dewa Aten akan menjadi yang terpenting dari semuanya.
Kemudian untuk menghormatinya, dia memerintahkan pembangunan kota baru di tengah gurun yang dia sebut Akhetaten (Cakrawala Aten), yang sekarang dikenal sebagai Amarna.
Apa pun perintah Firaun harus dilaksanakan, jadi semua orang harus bekerja, ribuan orang bekerja tanpa lelah untuk membangun istana kerajaan baru, rumah baru, kuil baru, dan kota baru dimulai dari awal.
Ketika sudah siap, firaun menjadikannya ibu kota kerajaan dan pindah untuk tinggal di sana bersama seluruh keluarganya dan istana kerajaan.
Belum cukup, dia memutuskan untuk mengubah namanya sendiri, Amenhotep IV, menjadi Akhenaten, yang berarti ‘berguna bagi Aten’.
Lebih banyak lagi perubahan, seperti pada tingkat artistik, dia bersikeras untuk memutus masa lalu dan memperkenalkan hal-hal baru.
Lalu, reformasi apa yang dilakukan Firaun Amenhotep IV di dunia Seni?
Sejak dulu, Firaun menugaskan patung diri mereka sendiri, menuntut untuk selalu diwakili muda dan kuat, melihat lurus ke depan, kaku, dan tanpa menunjukkan emosi.
Amenotep IV atau Akhenaten, selalu melihat sesuatu membosankan dan memutuskan untuk mengakhiri tradisi yang sudah berabad-abad itu.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR