Meski kekuatan politik mereka telah berkurang di abad-abad menjelang hari yang menentuka pada tahun 1258, namun para khalifah Abbasiyah tetap memimpin kerajaan keilmudan dan pengetahuan terbesar yang pernah dilihat dunia sampai saat itu.
Baghdad menjadi tempat fisik kerajaan budaya ini.
Rumah Kebijaksanaan yang terkenal terletak di kota besar ini, sebuah pusat pembelajaran besar-besar, tempat sejumlah besar sarjana, baik Islam maupun non-Islam, bekerja untuk menerjemahkan semua kebijaksanaan dan pengetahuan dunia.
Para sarjana itu menerjemahkan karya dari semua kerajaan kuno di seluruh dunia ke dalam bahasa Arab dan mencatat dalam buku-buku yang kemudian disimpan di perpustakaan besar kota.
Karena penekanan pada pembelajaran dan pengetahuan ini, maka para ulama dari semua ras, agama, dan bangsa disambut di Baghdad, yang dibayar untuk kontribusi mereka pada arsip pengetahuan yang terus berkembang, dari berbagai bidang seperti astronomi, matematika, sains, filsafat, kedokteran, dan kimia.
Sayangnya, hari-hari tenang untuk para sarjana itu tidak berlangsung lama.
Pada tahun 1258, kekaisaran Mongol menguasai sebagian besar daratan Eurasia, yang memimpin khaganat ini adalah salah satu cucu Jenghis Khan, yaitu Mongke, khagan keempat kekaisaran Mongol.
Saudaranya, Kubilai Khan akhirnya kemudian menjadi khagan kelima.
Mongke memilih saudaranya yang lain, Hulagu, untuk menjalankan tugas membawa kota Baghdad di bawah kekuasaan Mongol.
Itu merupakan bagian dari rencana Mongke untuk menaklukkan seluruh Suriah, Iran, dan Mesopotamia.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR