Intisari-Online.com- Zionisme adalah upaya keagamaan dan politik yang membawa ribuan orang Yahudi dari seluruh dunia kembali ke tanah air kuno mereka di Timur Tengah dan membangun kembali Israel sebagai lokasi pusat identitas Yahudi.
Sementara beberapa kritikus menyebut Zionisme sebagai ideologi yang agresif dan diskriminatif, gerakan Zionis telah berhasil membangun tanah air Yahudi di negara Israel.
Apakah Zionisme itu?
Sederhananya, Zionisme adalah gerakan untuk menciptakan kembali kehadiran Yahudi di Israel.
Zionisme modern secara resmi didirikan sebagai organisasi politik oleh Theodor Herzl pada tahun 1897.
Seorang jurnalis Yahudi dan aktivis politik dari Austria, Herzl percaya bahwa penduduk Yahudi tidak dapat bertahan hidup jika tidak memiliki bangsa sendiri.
Setelah Dreyfus Affair, Herzl menulis Der Judenstaat (Negara Yahudi), sebuah pamflet yang menyerukan pengakuan politik atas tanah air Yahudi di daerah yang kemudian dikenal sebagai Palestina.
Pada tahun 1897, Herzl menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama, yang bertemu di Basel, Swiss.
Ia juga membentuk dan menjadi presiden pertama Organisasi Zionis Dunia.
Meskipun Herzl meninggal pada tahun 1904 — tahun sebelum Israel secara resmi dinyatakan sebagai negara — dia sering dianggap sebagai bapak Zionisme modern.
Kondisi Zionisme Saat Ini
Sejak dimulai lebih dari 120 tahun yang lalu, Zionisme telah berkembang, dan berbagai ideologi — politik, agama, dan budaya — di dalam gerakan Zionis telah muncul.
Banyak Zionis yang memproklamirkan diri tidak setuju satu sama lain tentang prinsip-prinsip dasar.
Beberapa pengikut Zionisme sangat taat beragama sementara yang lain lebih sekuler.
"Zionis kiri" biasanya menginginkan pemerintah yang tidak terlalu religius dan mendukung penyerahan sebagian tanah yang dikuasai Israel sebagai imbalan perdamaian dengan negara-negara Arab.
"Hak Zionis" membela hak mereka atas tanah dan lebih memilih pemerintahan yang sangat didasarkan pada tradisi agama Yahudi.
Para pendukung gerakan Zionis melihatnya sebagai upaya penting untuk menawarkan perlindungan kepada minoritas yang teraniaya dan membangun kembali pemukiman di Israel.
Kritikus, bagaimanapun, mengatakan itu adalah ideologi ekstrim yang mendiskriminasi non-Yahudi.
Misalnya, di bawah Hukum Pengembalian Israel 1950, orang Yahudi yang lahir di mana pun di dunia memiliki hak untuk menjadi warga negara Israel, sementara orang lain tidak diberikan hak istimewa ini.
Orang Arab dan Palestina yang tinggal di dalam dan sekitar Israel biasanya menentang Zionisme.
Banyak orang Yahudi internasional juga tidak menyetujui gerakan tersebut karena mereka tidak percaya tanah air nasional penting bagi agama mereka.
Meski gerakan kontroversial ini terus menghadapi kritik dan tantangan, tidak dapat disangkal bahwa Zionisme telah berhasil menyokong populasi Yahudi di Israel.
(*)