Intisari-Online.com- Orang-orang Yahudi telah tinggal di Kaifeng, provinsi Henan, China tengah, selama lebih dari 1.000 tahun.
Fakta ini menjadikan Yahudi Kaifeng sebagai komunitas Yahudi tertua di Tiongkok.
MelansirMyjewishlearning.com,tidak diketahui waktu pasti kapan orang Yahudi tiba di Kaifeng.
Kebanyakan sarjana percaya bahwa orang-orang Yahudi pertama kali tiba selama Dinasti Song (960-1127 M), dari India atau Persia (sekarang Iran), berhenti di Jalur Sutra.
Selama periode ini, orang-orang China menyebut orang Yahudi "Tiaojiaojin" (agama yang menghilangkan tendon) karena hukum diet Yahudi (kashrut) melarang konsumsi saraf siatik.
Beberapa saat kemudian, selama Dinasti Ming, kaisar menugaskan orang Yahudi untuk punya marga sendiri karena nama Ibrani membingungkan.
Sampai hari ini orang Yahudi Kaifeng dapat dikenali dengan nama belakang mereka: Ai, Shi, Gao, Gan, Jin, Li, Zhang atau Zhao.
Pada puncaknya, komunitas Yahudi Kaifeng memiliki sekitar 5.000 anggota.
Sementara beberapa orang Yahudi Kaifeng diam-diam telah memulihkan identitas Yahudi mereka yang hilang, tidak ada yang dekat dengan komunitas Yahudi yang formal dan terorganisir di kota saat ini.
Sinagoge Kaifeng
Sinagoge pertama Kaifeng dibangun pada tahun 1163 dan dihancurkan oleh banjir pada tahun 1461.
Pada tahun 1600 api membakar sinagoge hingga menggantikan bangunan aslinya.
Banjir kedua menghancurkan sinagoge versi ketiga pada tahun 1642.
Namun banjir lain menyapu sinagoge terakhir Kaifeng pada tahun 1860-an.
Pemimpin agama terakhir komunitas itu meninggal sekitar waktu yang sama.
Orang-orang Yahudi Kaifeng biasa berdoa di sinagoge mereka dalam bahasa Ibrani dan Mandarin.
Mereka mengenakan penutup kepala biru saat beribadah, yang orang sekitar memanggil mereka sebagai orang "muslim bertopi biru" untuk membedakan jemaah ini dari "muslim bertopi putih" alias peci yang biasa dipakai untuk salat.
Orang-orang Yahudi di Kaifeng menghadap ke barat saat berdoa — arah Yerusalem.
Sama seperti orang Yahudi di luar China, selama berabad-abad, orang Yahudi Kaifeng memusatkan praktik Yahudi mereka di sekitar sinagoge: merayakan Sabat dan hari libur Yahudi lainnya.
Mereka juga mengadakan sunat untuk anak laki-laki dan memberi anak-anak mereka nama Ibrani selain nama China.
(*)