Dalam setahun, lebih dari 30.000 pabrik baru dibuka di Jepang, tetapi karena pajang terus meningkat pada produsen sake, lebih dari dua pertiganya terpaksa ditutup.
Perbaikan dalam teknologi dan peralatan menyebabkan peningkatan besar dalam kualitas dan produksi sake.
Tangki baja menggantikan tong kayu tradisional yang digunakan untuk menyeduh sake, yang dianggap tidak sehat dan kurang tahan lama.
Sake menyumbang sekitar 30% dari seluruh pendapatan pajak negara, membuat pemerintah melarang alkohol buatan sendiri karena tidak dapat dikenakan pajak.
Selama Perang Dunia II, kekurangan beras mengharuskan pembuat sake menambahkan alkohol murni dan glukosa untuk mempertahankan atau meningkatkan volume, dan sampai hari ini 75% sake masih dibuat menggunakan metode ini.
Setelah pulih dari perang, popularitas minuman beralkohol Barat mulai mengambil alih penjualan dan konsumsi sake.
Saat ini, kurang dari 2.000 pabrik sake yang ada di Jepang, namun minuman ini semakin populer di luar negeri dengan pembukaan pabrik di Amerika Utara dan Selatan, China, Asia Tenggara, dan Australia.
Hari Sake, yang secara tradisional merupakan hari libur Jepang yang diadakan setiap tahun pada tanggal 1 Oktober, kini dirayakan oleh para pembuat bir dan penggemar di seluruh dunia.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR