Dikenal sebagai nihonshu (harfiah, ‘minuman keras Jepang’) di Jepang, sake merupakan minuman nasional negara itu dan biasanya disajikan selama upacara formal, acara khusus, dan hari libur nasional.
Sake biasanya dituangkan dari botol tinggi yang disebut tokkuri dan diminum dari sakazuki, cangkir porselen kecil.
Asal usul tepat dari sake tidak jelas karena mendahului sejarah yang tercatat, tetapi produksi minuman paling awal ini diketahui terjadi di China sekitar 500 SM.
Prosesnya, kasar dan jangan Anda bayangkan!
Yaitu penduduk desa akan berkumpul untuk mengunyah nasi dan kacang, lalu meludahkan isinya ke dalam bak umum yang kemudian akan disimpan dan dibiarkan berfermentasi, karena enzim air liur mereka membantu proses fermentasi).
Metode ini segera ditinggalkan setelah menemukan koji, enzim jamur yang dapat ditambahkan ke beras untuk memulai fermentasi.
Teknik pembuatan sake ini diyakini telah menyebar ke seluruh Jepang pada periode Nara (720 hingga 794), menghasilkan sake seperti yang kita kenal sekarang.
Produksi sake pada awalnya merupakan monopoli pemerintah, hingga abad ke-10 ketika kuil dan tempat pemujaannya mulai menyeduh sendiri.
Kuil-kuil tersebut menjadi penyulingan minuman utama selama berabad-abad, dan pada tahun 1300-an, sake menjadi minuman paling seremonial di Jepang.
Selama Restorasi Meiji (1868 hingga 1912), undang-undang baru mengizinkan siapa pun yang memiliki sumber daya dan kemampuan untuk menyeduh sake untuk membuka tempat pembuatan bir mereka sendiri, melansir theculturetrip.
Baca Juga: Ingin Legalkan Arak Bali, Gubernur Bali: Masak Bir Boleh tapi Arak Tidak Boleh?
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR