Ketegangan dengan China
Pada 2016, Filipina mendapat kemenangan ketika pengadilan internasional di Den Haag menolak klaim China di Laut China Selatan, yang memiliki jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Hakim memutuskan bahwa bagian tertentu dari laut yang diklaim oleh kedua negara adalah milik Filipina saja.
China menolak keputusan itu. Duterte kemudian mengesampingkan keputusan pengadilan internasional tersebut dengan harapan mendapatkan konsesi ekonomi dari Beijing dan mengatakan Filipina bukan tandingan China dalam sebuah konfrontasi.
Dengan hanya beberapa bulan tersisa dalam masa jabatan presiden Duterte, investasi infrastruktur yang dijanjikan China ke Filipina telah gagal memenuhi harapan, sementara ketegangan antara Manila dan Beijing meningkat lagi di Laut China Selatan, menurut laporan bulan Desember oleh lembaga think tank International Crisis Group.
“Banyak orang di Filipina semakin skeptis terhadap pemulihan hubungan dengan China jika itu berarti menyerahkan klaim atas berbagai fitur maritim yang disengketakan,” baca laporan itu.
Laut Cina Selatan, jalur air yang kaya sumber daya, menyumbang sekitar 27% dari total produksi perikanan Filipina, kata Vergara dalam laporan Institut Kebijakan Masyarakat Asia.
Sekelompok ilmuwan dilaporkan telah memperingatkan bahwa aktivitas China di perairan yang disengketakan mengancam industri perikanan.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR