Intisari-Online.com - Kerajaan Majapahit terkenal sebagai kerajaan terbesar di Nusantara pada masanya.
Kerajaan yang berdiri antara abad ke-13 hingga abad ke-16 ini disegani di kawasan Asia Tenggara, bahkan namanya terdengar hingga ke daratan China.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14, yaitu ketika diperintah oleh Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M).
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kerajaan ini berhasil membuat seluruh kepulauan Indonesia bahkan Jazirah Malaka mengibarkan panji-panji Majapahit.
Kehebatan kerajaan Majapahit menguasai Nusantara dengan kekuatan maritimnya yang begitu melegenda sering diperbincangkan, tetapi bagaimana kehidupan masyarakat masa kerajaan Majapahit sendiri?
Rupanya, potret kehidupan masyarakat Majapahit diceritakan oleh seorang Muslim asal China bernama Ma Huan dalam catatannya ketika mengikuti kunjungan Cheng Ho di Pulau Jawa 1413-1415 M.
Catatan perjalanan itu kemudian dipublikasikan dalam bentuk buku yang berjudul Yingyai Shenglan diterbitkan tahun 1451 M.
Buku tersebut membahas tentang perjalanannya selama mengikuti ekspedisi Laksamana Cheng Ho.
Tulisan Ma Huan juga banyak memuat perjalanan Cheng Ho abad ke-15.
Laksamana Cheng Ho sendiri seorang penjelajah terkenal dari China dan sosok muslim yang berpengaruh di Indonesia.
Ia diyakini turut menyebarkan agama Islam di nusantara.
Laksamana Cheng Ho mengembara antara 1405-1433, dan selama kurang lebih 28 tahun itu, ia melakukan ekspedisi ke berbagai negeri di Afrika dan Asia, termasuk Indonesia.
Dilansir dari laman library.fis.uny.ac.id Perpustakaan FIS Universitas Negeri Yogyakarta, kehidupan masyarakat Majapahit di masa itu telah alami kemajuan.
Mereka umumnya tinggal di pesisir pantai dan bekerja sebagai pedagang.
Menurut catatan Ma Hua, ada berbagai tradisi unik yang dimiliki oleh masyarakat Majapahit.
Pada usia 3 tahun ke atas, penduduk laki-laki Majapahit disebut telah memakai baju yang dilengkapi keris.
Para pria Majapahit terbiasa memakai pu-lak yang disisipkan di ikat pinggang.
Senjata tersebut memiliki garis tipis dan bunga-bunga keputihan serta dibuat dari baja terbaik.
Gagangnya terbuat dari emas, cula badak, atau gading gajah.
Selain itu, para pria di Majapahit membiarkan rambut terurai, sedangkan para perempuan rambutnya disanggul.
Selain soal penampilan, hal menarik lainnya dari kehidupan masyarakat Majapahit adalah kebiasaan mereka makan sirih.
Kebiasaan tersebut dilakukan baik oleh pria maupun wanita.
Sehari-hari, mereka terus menguyah pinang dengan daun sirih dan limau.
Bahkan, setiap tamu yang datang juga akan ditawari pinang, bukan disuguhi minuman atau makanan.
Kemudian, rumah masyarakat Majapahit disebut-sebit menggunakan atap yang terbuat dari jerami.
Rumah mereka dilengkapi ruang penyimpanan juga, yang berasal dari batu setinggi 1 meter.
Ruangan tersebut berfungsi sebagai penyimpanan, dan di atasnya digunakan untuk duduk.
Ada pula norma-norma tertentu yang berlaku di antara masyarakat Majapahit, misalnya para laki-laki dan perempuan menghargai kepala mereka.
Menyentuh kepala orang lain dapat berakibat fatal.
Selain karena menyentuh kepala, ketika mereka terlibat pertikaian dalam berdagang atau mereka mabuk dan saling menghina, mereka akan mengeluarkan senjata dan mulai menusuk.
Seperti itulah sekilas gambaran kehidupan masyarakat Majapahit ketika Ma Huan berkunjung ke wilayah ini abad ke-15.
Apakah beberapa tradisi dan budaya masyarakat Majapahit tak asing bagi Anda?
Baca Juga: Nyesel Baru Tahu, Ternyata Kulit Telur Bisa Dibuat Masker Wajah dan Manfaat Lainnya Ini
(*)