Intisari-Online.com -Beberapa waktu lalu, Rusia mengerahkan puluhan ribu tentaranya di dekat Ukraina.
Rusia mengerahkan puluhan ribu tentaranya tersebut ke utara, timur dan selatan Ukraina.
Hal itu telah memicu kekhawatiran di Kyiv dan ibu kota Barat bahwa Moskow sedang merencanakan serangan.
Rusia menyangkal rencana semacam itu.
Mengutip The Jerusalem Post, Kamis (23/12/2021), Rusia ingin menghindari konflik dengan Ukraina dan Barat.
Hal itu dikatakan Presiden Vladimir Putin pada hari Kamis.
Tetapi Putin juga membutuhkan tanggapan "segera" dari Amerika Serikat dan sekutunya terhadap tuntutannya akan jaminan keamanan.
Ukraina berada di pusat ketegangan Timur-Barat yang melonjak setelah Amerika Serikat dan Kyiv menuduh Rusia merencanakan serangan baru terhadap tetangga selatannya, tuduhan yang dibantah Moskow.
Putin dihujani pertanyaan tentang risiko konflik dengan Ukraina selama konferensi pers tahunan maratonnya, yang berlangsung lebih dari empat jam.
"Ini bukan pilihan (pilihan) kami, kami tidak menginginkan ini," katanya kepada wartawan.
Amerika Serikat, Uni Eropa dan Kelompok Tujuh telah memperingatkan Putin bahwa dia akan menghadapi "konsekuensi besar" termasuk sanksi ekonomi yang keras jika ada agresi baru Rusia.
Sementara itu, Rusia mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan janji dari Barat.
Termasuk janji dari NATO untuk tidak memperluas aliansi ke arah timur menuju perbatasan Rusia.
Hal itu karena menurut Rusia, keamanannya sendiri terancam oleh hubungan Ukraina yang berkembang dengan aliansi Barat.
Moskow juga mengatakan bahwa mereka dapat mengerahkan pasukannya di wilayahnya sesuai keinginan.
Perkiraan jumlah pasukan Rusia yang baru-baru ini dipindahkan lebih dekat ke Ukraina bervariasi dari 60.000 hingga 90.000.
Sementara satu dokumen intelijen AS menunjukkan bahwa jumlah itu dapat ditingkatkan hingga 175.000.
Laporan terbaru mengatakan lebih dari 10.000 tentara Rusia telah kembali ke pangkalan permanen mereka setelah latihan selama sebulan di dekat Ukraina, kantor berita Interfax melaporkan pada hari Sabtu, mengutip militer Rusia.
Interfax mengatakan latihan itu diadakan di beberapa wilayah dekat Ukraina, termasuk di Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014, serta di wilayah Rostov dan Kuban di Rusia selatan, melansir The Jerusalem Post, Sabtu (25/12/2021).
"Tahap koordinasi tempur divisi, kru tempur, regu di unit bermotor ... telah selesai. Lebih dari 10.000 prajurit militer ... akan berbaris ke penempatan permanen mereka dari wilayah area latihan senjata gabungan," Interfax mengutip pernyataan tentara.