Komando militer Jepang ingin membalas, tetapi mengalami kesulitan karena jarak antara kedua negara hampir 10.000 kilometer.
Lembaga Penelitian Teknik Militer ke-9, juga dikenal sebagai Lembaga Penelitian Noborito, ditugaskan untuk mencari tahu cara mengebom Amerika Serikat.
Para ilmuwan dari lembaga ini memutuskan untuk menghidupkan kembali gagasan Fu-Go.
Institut Noborito merancang bom hidrogen yang dapat diluncurkan dari kapal selam Jepang ke pantai barat Amerika Serikat.
Namun, penelitian bersama oleh tentara dan angkatan laut Jepang pada operasi ini harus dihentikan secara tiba-tiba karena semua kapal selam ditarik untuk Operasi Guadalcanal serangan besar pertama yang diderita Jepang dari Sekutu pada Agustus 1943.
Upaya baru kemudian difokuskan pada perancangan balon udara panas untuk terbang dari Jepang, melintasi Pasifik, dan ke Amerika Serikat.
Ketika hembusan udara yang cepat terdeteksi pada ketinggian lebih dari 9.000 km sekarang dikenal sebagai Ray Stream, pada tahun 1940-an, banyak orang Jepang pada saat itu berasumsi bahwa "angin dewa" telah muncul kembali untuk membantu mereka.
Menurut Atomic Heritage, konsep Jepang tentang "angin ilahi" pertama kali muncul pada abad ke-13 ketika tornado membantu Jepang mengalahkan tentara Mongol yang menyerang.
Pada musim dingin 1943 dan 1944, ahli meteorologi Jepang menguji bom hidrogen dengan Ray Stream dan menyimpulkan bahwa senjata itu layak digunakan.
Source | : | 24h.com.vn |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR