Banyak Warganya Sudah Divaksin Dua Kali, Negara Tetangga Indonesia Ini Malah Mencatat Kematian Warga yang Sudah Divaksin Penuh, Apa yang Terjadi?

May N

Editor

Ilustrasi vaksinasi
Ilustrasi vaksinasi

Intisari - Online.com -Sejumlah kecil warga sakit parah dengan Covid-19 bahkan walaupun mereka sudah divaksin penuh.

Kejadian ini terjadi di Australia, seperti dilaporkan The Guardian.

Selasa (19/20/2021), ada 356 pasien Covid-19 dirawat di bangsal ICU di seluruh Australia.

Dari semua pasien itu, 25 dari mereka sudah divaksin penuh.

Baca Juga: Jangen Kendor Mentang-Mentang Sudah Dilonggarkan, Covid-19 Varian Baru Dilaporkan Muncul Lagi Kemarin Sore Disebut Lebih Berbahaya dari Varian Delta, Indonesia Jangan Sampai Kebobolan

Sementara data menunjukk efikasi luar biasa dari vaksin Covid-19 dalam mencegah orang-orang dari sakit parah, dirawat dan sekarat, kini muncul pertanyaan baru.

Mengapa sejumlah kecil orang masih sakit serius dan bahkan meninggal walaupun mereka sudah divaksin penuh?

Pakar staf ICU di rumah sakit Nepean di Sydney, Dr Nhi Nguyen, mengatakan mereka yang sudah divaksin penuh dan meninggal ternyata cenderung memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Dirawat di ICU, di mana orang-orang mungkin menggunakan ventilator dan tidak dapat bergerak, ditambah dengan kondisi sudah ada terutama bagi warga lansia, ujarnya.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Media Belanda Tiba-tiba Puji Cara Masyarakat Indonesia Hadapi Pandemi, Tagar yang Sempat Viral Ini Jadi Pemicunya

"Jika kita memikirkan mengenai pasien ICU umumnya, apakah mereka di sana karena Covid-19, pneumonia atau infeksi lainnya, kami tahu jika mereka yang memiliki gangguan tertentu, atau memiliki penyakit bawaan akan memiliki risiko sekarat lebih tinggi daripada apapun penyebab mereka berada di ICU," ujarnya.

"Divaksin penuh terhadap Covid-19 melindungi Anda dari mendapat penyakit parah, ya, tapi tidak benar-benar melindungi Anda dari Covid-19, sehingga jika Anda memiliki penyakit kronis, apa yang bisa menjadi penyakit ringan atau infeksi ringan di anak muda atau orang yang sehat, akan memberi dampak lebih besar pada Anda."

Ia mengatakan inilah mengapa Australian Technical Advisory Group for Immunisation (Atagi) telah merekomendasikan booster untuk orang yang kekebalannya sangat lemah.

Pada Rabu pemerintah Australia mengatakan mereka sudah menyiapkan suntikan booster dijadwalkan untuk sektor umur dalam beberapa minggu, dan tersedia untuk seluruh populasi pada akhir tahun.

Baca Juga: Cuci Tangan Pakai Sabun, Kebiasaan Sederhana yang Punya Dampak Besar untuk Kesehatan

"Kita tidak punya data final yang siap untuk ini, tapi akan ada proporsi pasien yang memiliki Covid-19, tapi mereka sudah sekarat karena alasan lain," ujar Nguyen.

"Mereka mungkin divaksin penuh, mereka punya gejala Covid-19 ringan, tapi mungkin itu membawa kegagalan jantung yang parah, yang sudah mereka idap sebelumnya."

Antara 16 Juni dan 18 Oktober ada 61 kematian antara orang-orang yang divaksin penuh di New South Wales, dari total 479 kematian akibat Covid-19.

Data yang diberikan NSW Health menunjukkan kematian dari orang yang divaksin penuh, semua berumur 50 tahun ke atas.

Baca Juga: Selamat Tinggal Covid-19, Bukan Hanya Dengan Vaksin Ilmuwan Temukan Cara Ampuh Hancurkan Virus Corona Dalam Tubuh Manusia Dengan Cara Ini

Dari yang meninggal, 5 berusia 50-an, satu berusia 60-an, 17 berusia 70-an, 22 di umur 80-an dan 16 di umur 90-an.

Pada Jumat, ada 174 kematian Covid-19 terjadi antara 30 Agustus dan 19 Oktober 2021.

Dari semuanya, 129 tidak divaksin, 25 divaksin separuh, dan 20 lagi sudah divaksin 2 dosis.

Dari 20 kematian pasien yang sudah divaksin itu, salah satu berumur di usia 50-an, sementara 19 lainnya berumur 70 tahun ke atas.

Baca Juga: Bak Daging Disantap Burung Nazar, Obat Baru Covid-19 yang Bahkan Belum Diizinkan Ini Langsung Diborong Negara-negara Kaya di Asia, Tak Ingin Kalah Lagi dari Negara Eropa?

Prof Allen Cheng, direktur pencegahan infeksi dan petugas kesehatan unit epidemiolog di Alfred Health, mengatakan hanya sejumlah kecil kematian telah terjadi di orang yang divaksin penuh.

"Saya paham mereka sebagian besar berusia 70 tahun ke atas, dengan beberapa di fasilitas sudah tua.

Dampak vaksin mengurangi kematian di antara orang tua telah signifikan, ujar Cheng.

Tahun lalu, sebelum vaksin tersedia, tingkat kematian orang-orang berusia 80-an dengan Covid-19 ada 30%.

Baca Juga: Dulu Jadi Penyakit Mematikan yang Bikin Orang Seluruh Dunia Ketakutan, WHO Kini Malah Ungkap Kabar Gembira Soal Covid-19, Bisa Jadi Sinyal Covid-19 Akan Segera Menghilang?

Cheng mengatakan itu karena cakupan vaksinasi Australia yang luar biasa, bisa memvaksinasi sebagian besar warganya dalam waktu singkat.

"Pada suatu titik, akan ada lebih banyak orang dengan infeksi yang sudah divaksin daripada belum divaksin," ujarnya.

"nguyen setuju dengan tingkat vaksinasi yang tinggi.

"Di masa depan proporsi yang masuk ke ICU adalah orang-orang yang sudah divaksin penuh dan lemah akibat kondisi yang lain, daripada orang-orang yang belum divaksin."

Baca Juga: Layaknya Bangkit dari Kubur, Habis Covid-19 Timbullah Penyakit Paling Mematikan Kedua di Dunia Setelah Covid-19, Benar-benar Tidak Bisa Bebas Sejenak!

"Namun perlu diingat bahwa walaupun 95% sudah divaksin, akan masih ada banyak orang yang belum divaksin.

"Hal inilah yang menyebabkan mengapa kita mengantisipasi itu dengan hidup bersama Covid-19, akan ada jumlah dasar pasien Covid-19 di ICU seluruh NSW di masa depan, dan kami jelas-jelas merencanakan hal itu.

"Namun angka dasarnya berapa, kami belum tahu."

Cheng mengatakan penanganan dapat dilakukan lebih untuk melindungi terjangkit gejala parah walaupun sudah divaksin.

Baca Juga: Disiplin Menerapkan Prokes Jadi Kunci Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Atagi yang Cheng sendiri wakil kepalanya, masih menilai data untuk suntikan booster dan akan membuat rekomendasi lebih mengenai penggunaannya.

Sekalinya rekomendasi suntikan booster dikonfirmasi, tambahan perlindungan dari populasi umum akan lebih jauh mengurangi risiko orang-orang yang paling rentan terinfeksi.

Australia juga menggunakan perawatan antibodi monoklonal, sotrovimab, yang telah menunjukkan pengurangan dramatis perawatan di RS dan risiko kematian orang dewasa yang berisiko terjangkit gejala parah Covid-19.

"Antibodi monoklonal baru mungkin menyediakan perlindungan tambahan, terutama untuk orang-orang dengan imun sangat lemah," ujar Cheng.

Baca Juga: Ketua Kadin: Aplikasi PeduliLindungi Jadi Senjata Melawan Pandemi Covid-19

"Perawatan antivirus baru bisa berfungsi juga, meskipun masih di bawah evaluasi."

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait