Sudah 19 Tahun Merdeka dari Indonesia, Timor Leste Pernah Hampir Musnah, Rakyat Berderai Air Mata Karena Pemerintah Nyatanya Tak Memenuhi Kebutuhan Paling Mendasar Mereka Ini

May N

Editor

Ilustrasi warga Timor Leste yang kelaparan sampai sebabkan kekacauan di negaranya sendiri
Ilustrasi warga Timor Leste yang kelaparan sampai sebabkan kekacauan di negaranya sendiri

Intisari-online.com -Kemerdekaan Timor Leste dan lepasnya negara itu dari Indonesia sudah terjadi 19 tahun lalu.

Namun dalam perjalanannya menuju negara mandiri, Timor Leste ternyata pernah mengalami kekacauan yang mengerikan.

Timor Leste dinyatakan merdeka secara resmi tahun 2002, setelah referendum yang memutuskan banyak rakyat Timor Leste memilih melepaskan diri.

Namun ternyata baru merdeka, ada krisis hebat melanda Timor Leste.

Baca Juga: Salah Satu yang Termuda di Dunia, Inilah Fakta-fakta Ibu Kota Timor Leste

Rakyat sampai mengamuk dan putus asa sampai berderai air mata, tidak percaya kepercayaan mereka kepada pemerintah pupus begitu saja.

Melansir Reliefweb rupanya kejadian ini terjadi tahun 2006-2007.

Saat itu terjadi bentrok antara rakyat Timor Leste dengan polisi dan pasukan militer bersenjata.

Situasi politik di Dili sampai sangat mencekam dan pada Februari 2007 terjadi gelombang kemarahan publik secara massal.

Baca Juga: Bikin Harga Melambung Tinggi dan Serba Mahal, Mengapa Timor Leste Setia Gunakan Dollar AS?

Penduduk mengamuk pada pemerintah Timor Leste, mereka pun melaksanakan aksi melawan pemerintah.

Keadaan diperburuk dengan Perdana Menteri Xanana Gusmao memerintahkan menangkap Alfredo Reinano.

Rupanya, krisis disebabkan hal yang sangat mendasar yaitu pangan.

Pemerintah kekurangan beras dan rakyat tidak bisa mendapatkan beras sama sekali.

Baca Juga: Fakta Perbatasan Indonesia Timor Leste, Ada Patung Soekarno yang Jadi Daya Tarik Wisata

Penduduk Dili lantas berusaha menjarah 700 ton beras di gudang di ibu kota Dili.

Warga dan anggota partai oposisi menuduh pemerintah menahan beras dari pasar.

Saat itu bertepatan dengan menjelang pemilihan, dan ada desas-desus Fretlin berupaya mengamankan kemenangan dengan menggunakan distribusi beras.

Namun hal itu disebutkan eks-Perdana Menteri Mari Alkatiri yang lengser tahun 2006 bahwa krisis beras adalah konspirasi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan pemerintah yang didominasi Fretilin.

Baca Juga: Dalam Sebulan Saja 705 WNA Timor Leste Dideportasi dari Indonesia, Ternyata Ini yang Mereka Lakukan di Indonesia

Sementara itu anggota komunitas bisnis menyalahkan krisis pada kekurangan di pasar internasional.

Dijelaskan bahwa Timor Leste kurang dilirik oleh pemasok beras regional, yang memilih memenuhi pesanan jumlah besar dari Indonesia dan Filipina.

Di Indonesia dan Filipina saat itu harga sudah melonjak naik selama 2 tahun terakhir.

Nyatanya, Timor Leste tidak pernah asing dengan kerawanan pangan.

Baca Juga: Berada di Kawasan Asia Tenggara, Apakah Timor Leste Negara ASEAN?

Bahkan ada namanya 'musim lapar' yaitu periode menjelang dimulainya musim hujan.

Menghadapi musim lapar, orang Timor mengonsumsi kombinasi beras, jagung, serta umbi-umbian.

Tercatat saat itu pemerintah Timor Leste memperkirakan negara mereka membutuhkan 83 ribu metrik ton beras per tahun.

Perhitungan tersebut didasarkan pada perhitungan 90 kilogram per kapita, berbanding jauh dengan angka antara 133 sampai 149 kilogram per kapita yang dipakai di Indonesia.

Baca Juga: Makna Tiap Warna dalam Bendera Timor Leste, Tak Lepas dari Sejarah Penjajahan di Bekas Wilayah Indonesia Ini

Kemudian Kementerian Pertanian Timor Leste menghitung produksi dalam negeri hanya 40 ribu metrik ton.

Sebenarnya angka ini dilebih-lebihkan, karena awal 1990-an produksi beras di Timor Leste melampaui 55 ribu metrik ton selama 4 tahun berturut-turut tetapi turun sampai rata-rata 41 ribu metrik ton per tahun.

Faktor kegagalan sudah ada sejak 1999 yaitu kombinasi kegagalan memelihara sistem irigasi dan terjadinya migrasi dari desa ke kota.

Rupanya stok beras di Timor Leste saat itu sudah kosong selama 2 minggu yang menyebabkan rakyat syok dan memulai kekerasan di Dili.

Baca Juga: Lezatnya, Inilah 6 Makanan Khas Timor Leste Dipengaruhi Portugis dan Asia Tenggara yang Menggoyang Lidah

Pemerintah enggan terbuka lebih jauh, menyebabkan Timor Leste rentan menglaami krisis.

Namun, kekurangan beras saat itu bukan hanya konspirasi agar Fretilin menang.

Justru malah menjadi indikasi gagalnya program ketahanan pangan Kementerian Pembangunan akibat kurangnya transparansi atau malah korupsi.

Kekacauan memuncak ketika kerumunan pria berkumpul di dekat National Logistics Centre, dan kemudian tentara Australia membawa senjata otomatis mendekati pemuda yang tinggal di dekat situ mencari informasi.

Baca Juga: Hadir sebagai 'Pahlawan' dalam Sejarah Timor Leste, Tapi Pasca Kemerdekaan Justru Jadi 'Mesin Pembunuh', Komunitas di Timor Leste Ini Telah Memakan Banyak Korban sebelum Dilarang

Ketika ditanya tentang situasinya, ayah muda tiga anak ini menjelaskan, "Seseorang mungkin pernah menjadi pahlawan selama perjuangan kemerdekaan, tetapi hari ini dia bisa menjadi pengkhianat."

Sambil menangis, dia berkata bahwa jika dia bisa meninggalkan Timor Leste akan lebih baik mati di tempat lain daripada hidup seperti ini di negaranya sendiri.

Artikel Terkait