Klaim laut itu diddukung dengan meningkatnya pengiriman kapal milisi angkatan laut dan maritim yang membuat China terlibat masalah dan ketegangan dengan negara-negara pemilik laut di Asia Tenggara.
Mereka yang berbagi dan mendapat jatah dari Zona Ekonomi Eksklusif dari Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam seluas 200 mil laut tidak terima jika China ingin mengambil jatah dari kekayaan itu.
Indonesia tidak mengklaim Laut China Selatan, tapi kepemilikan Laut Natuna Utara telah membuat ketegangan dengan China terjadi selama 5 tahun terakhir.
Kolaborasi baru dengan AS di pusat pelatihan Batam menjadi tanda terbaru dorongan Indonesia memperkuat kapasitas angkatan laut negara yang semakin tua, yang kapal-kapalnya sudah kesulitan berpatroli mengelilingi seluruh wilayah NKRI sekaligus zona ekonomi eksklusifnya.
Setelah upacara pengesahan pusat pelatihan tersebut, Bakamla mengadakan workshop virtual bersama Coast Guard AS fokus pada keamanan maritim.
Workshop dilakukan setelah penemuan senjata yang diduga UUV (unmanned underwater vehicles) atau drone bawah laut yang diduga milik China di perairan Indonesia.
Awal bulan ini, perusahaan kapal Italia, Fincantieri, umumkan jika telah tercapai kesepakatan dengan pemerintah Indonesia menyuplai 6 kapal frigat segala guna FREMM dan dua kapal frigat kelas Maestrale bekas.
Kesepakatan Italia itu mengikuti kesepakatan Indonesia dengan Jepang yang memperbolehkan transfer peralatan militer dan teknologi Jepang ke pasukan bersenjata Indonesia.
Serta, berita Indonesia berencana habiskan USD 3.6 miliar untuk pembelian 8 kapal frigat kelas Mogami baru.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR