Natuna Kembali Panas, Luput Dari Perhatian Dunia, Amerika Ternyata Bangun Pusat Pelatihan Militer di Perairan Indonesia Ini, Perkuat Armada untuk Gempur China?

Maymunah Nasution

Editor

Kapal fregat Mogami Jepang yang akan diekspor di Indonesia dan digarap di PT PAL Surabaya
Kapal fregat Mogami Jepang yang akan diekspor di Indonesia dan digarap di PT PAL Surabaya

Intisari-online.com -Indonesia dan Amerika Serikat telah membangun pusat pelatihan militer baru di Batam, Kepulauan Riau.

Pembangunan ini memakan biaya fantastis sebesar USD 3,5 juta.

Melansir CNN, duta besar AS untuk Indonesia, Sung Kim, mengatakan pusat maritim itu akan menjadi bagian dari upaya kedua negara memperkuat wilayah tepi Laut China Selatan itu.

"Sebagai teman dan mitra Indonesia, AS tetap berkomitmen mendukung peran penting Indonesia mempertahankan perdamaian dan keamanan regional dengan melawan kejahatan lokal dan transnasional," ujar Sung dikutip dari Bakamla.

Baca Juga: Sempat Saling Todong Senjata Gegara Sengketa Natuna, Hubungan China-Indonesia Malah Dianggap Makin Mesra, Media Vietnam Sampai Memberitakannya Begini

Pusat pelatihan itu terletak di titik temu strategis antara Selat Malaka dan Laut China Selatan.

Operator pusat latihan tersebut adalah Bakamla.

Pusat pelatihan terdiri dari ruang kelas, barak dan landasan peluncuran.

Kolaborasi AS dengan Indonesia datang di tengah ketegangan di Laut China Selatan.

Baca Juga: Bukan Jet Tempur Apalagi Kapal Induk Canggih, Rupanya Jika Ingin Kalahkan China Amerika Harus Kerahkan Kapal Selam, Ini Alasan Kapal Selam Lebih Cocok Untuk Lawan China

Filipina juga diketahui baru-baru saja memprotes kehadiran ratusan kapal China di pulau Spratly April lalu.

Awal bulan ini para menteri pertahanan negara-negara Asia Tenggara dan China sepakat bertemu selama rapat untuk melatih menahan diri di Laut China Selatan dan menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan.

Menurut analisis The Diplomat, dalam tambahan terancam pembajakan, selat itu adalah pusat peta strategis wilayah, menjadi kerentanan kunci bagi ekonomi China.

Akibatnya, titik itu tetap menjadi ambisi regional dan global China.

Baca Juga: Takut Kelabakan Lagi Ketika Disantroni Dadakan Oleh China, Malaysia Borong Puluhan Jet Tempur di Dunia untuk Lawan China, Ini Daftar Belanja Mereka

Dalam 20 tahun terakhir, strategi China telah terkonsentrasi pada ketergantungan negara mereka pada Selat Malaka.

Hu Jintao, mantan Presiden China, menyebut ketergantungan itu sebagai 'dilema Malaka' tahun 2003 lalu.

China kini telah mampu membangun kapasitas angkatan laut yang mampu mencegah kekuatan kasar memblokir jalur pengiriman itu.

Ini juga merupakan strategi rasional di balik klaim ekspansif China 'sembilan garis putus-putus' atas sebagian besar Laut China Selatan, yang jika berhasil akan mencegah angkatan laut musuh mereka melewati atau memblokade selat tersebut.

Baca Juga: Tak Tahu Diri Suka Nyelonong Sana-sini, Taiwan Syok Bukan Main, Mendadak28 Jet Tempur China Terciduk Masuki Wilayah Udaranya dan Lakukan Hal Ini

Klaim laut itu diddukung dengan meningkatnya pengiriman kapal milisi angkatan laut dan maritim yang membuat China terlibat masalah dan ketegangan dengan negara-negara pemilik laut di Asia Tenggara.

Mereka yang berbagi dan mendapat jatah dari Zona Ekonomi Eksklusif dari Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam seluas 200 mil laut tidak terima jika China ingin mengambil jatah dari kekayaan itu.

Indonesia tidak mengklaim Laut China Selatan, tapi kepemilikan Laut Natuna Utara telah membuat ketegangan dengan China terjadi selama 5 tahun terakhir.

Kolaborasi baru dengan AS di pusat pelatihan Batam menjadi tanda terbaru dorongan Indonesia memperkuat kapasitas angkatan laut negara yang semakin tua, yang kapal-kapalnya sudah kesulitan berpatroli mengelilingi seluruh wilayah NKRI sekaligus zona ekonomi eksklusifnya.

Baca Juga: Laut China Selatan Memanas, Indonesia Tiba-tiba Serukan Asia Tenggara Harus Bersatu dalam Pertemuan dengan Tiga Negara Adidaya Ini

Setelah upacara pengesahan pusat pelatihan tersebut, Bakamla mengadakan workshop virtual bersama Coast Guard AS fokus pada keamanan maritim.

Workshop dilakukan setelah penemuan senjata yang diduga UUV (unmanned underwater vehicles) atau drone bawah laut yang diduga milik China di perairan Indonesia.

Awal bulan ini, perusahaan kapal Italia, Fincantieri, umumkan jika telah tercapai kesepakatan dengan pemerintah Indonesia menyuplai 6 kapal frigat segala guna FREMM dan dua kapal frigat kelas Maestrale bekas.

Kesepakatan Italia itu mengikuti kesepakatan Indonesia dengan Jepang yang memperbolehkan transfer peralatan militer dan teknologi Jepang ke pasukan bersenjata Indonesia.

Baca Juga: Inilah Rencana Gila Amerika Jika Perang Dunia III Antara China VS Amerika Terjadi, Negeri Paman Sam Berniat Musnahkan China dengan Cara Ini

Serta, berita Indonesia berencana habiskan USD 3.6 miliar untuk pembelian 8 kapal frigat kelas Mogami baru.

Artikel Terkait