Intisari-online.com -Indonesia baru-baru ini dikabarkan membangun pangkalan militer baru di Pulau Natuna Besar, Natuna, Kepulauan Riau.
Fasilitas itu berada di Selat Lampa dan akan menjadi milik TNI Angkatan Laut (AL) Armada I setelah selesai dibangun.
Rupanya pangkalan militer itu sudah direncanakan sejak tahun 2016 lalu.
Sejak 2016 lalu, kepala TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan komisi pertahanan, intelijensi, dan hubungan luar negeri DPR sudah bertemu dan merumuskan pangkalan militer kapal selam di Pulau Natuna Besar.
TNI meminta total 40 juta Dolar AS (Rp 584 Miliar) untuk mendanai fasilitas itu.
Dari data yang diberikan TNI AL 5 April kemarin, pangkalan itu mengisi lahan seluas 1050 meter persegi, dengan 1008 meter persegi ruang yang bisa diterapkan di masing-masing dari dua lantai.
Dilengkapi juga dengan paviliun seluas 585 meter persegi dengan 11 kamar untuk tempat tinggal dan area mess untuk kapal selam.
Melansir The Diplomat, Jepang akan mengirimkan kapal-kapal fregat untuk Indonesia yang nantinya akan dibangun di Indonesia setelah pangkalan baru akan dibangun.
Hubungan kedua negara menguat setelah pertemuan Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri dua negara pada akhir Maret lalu.
Kapal fregat yang akan dikirimkan ke Indonesia sendiri adalah fregat siluman kelas Mogami.
Ada 4 rangkaian yaitu 30FFM, 30FF, 30DX dan 30DEX pada satu seri kapal.
Sementara itu Jepang bisa mengirimkan 8 seri kapal ini dalam kondisi baru.
November 2020, JS Kumano, kapal lengkap pertama dari kelas Mogami, diluncurkan di Pelabuhan Mitsui Tamano.
Sementara itu JS Mogami, kapal pemimpin dari kelas itu, meluncur di Pelabuhan Nagasaki awal Maret lalu.
Mereka adalah 2 dari 22 kapal yang sudah dipesan oleh Pasukan Bela Diri Jepang.
Menurut laporan di majalah Sea Power, fregat itu ditujukan menggantikan beberapa kapal perang ranjau dan kapal pengawal, dan akan digunakan untuk misi penjaga perdamaian, anti pembajakan, dan kemanusiaan.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah memperkirakan belanja militer meningkat 20% di tahun 2020 dari tahun sebelumnya, menurut rencana modernisasi pasukan bersenjata.
Dilansir dari Navy Recognition, dana pemerintah untuk 2020 kemarin adalah sebesar 9.26 miliar Dollar AS untuk pertahanan, naik 19,8% dari 2019 menurut Kementerian Pertahanan.
Sementara itu beberapa tahun terakhir ini Jepang telah mendorong perkembangan industri pertahanan terutama untuk espor peralatan militer.
Rencana mereka adalah untuk menciptakan aktivitas ekonomi baru.
Mengikuti akhir dari larangan yang diberlakukan sendiri di tahun 2014, Jepang mulai mempromosikan senjatanya ke pasar internasional dan telah menarik minat sejumlah negara.
Desain siluman kapal fregat Mogami ini berdasarkan penelitian dan pengembangan dari demonstrasi teknologi jet tempur siluman Mitsubishi X-2 Shinshin, yang dirancang oleh Mitsubishi Heavy Industries.
Kapal fregat ini memiliki total panjang 130 meter, lebar 16 meter, bobot perindahan 3900 ton dengan bobot beban penuh sekitar 5500 ton.
Kapal ini didayai oleh sistem propulsi kombinasi diesel dan gas yang termasuk di dalamnya satu turbin gas Rolls-Royce dan dua mesin MAN Diesel.
Kapal ini bisa mencapai kecepatan maksimum di atas 30 knot atau 56 km/jam.
Senjata di dalam kapal ini antara lain satu meriam angkatan laut 127 mm Mk 45, dua stasiun senjata jarak jauh di atas jembatan, Sistem Peluncuran Vertikal (VLS) 16 Mk 41 di haluan, 8 rudal anti-kapal, satu SeaRAM, torpedo dan peluncur umpan.
Kapal juga bisa dilengkapi dengan versi angkatan laut dari Tipe 03 Chu-SAM, rudal Permukaan-ke-Udara jarak menengah.
Kapal Mogami sendiri dibanderol seharga 450 juta Dolar AS per kapal, kira-kira perjanjian ekspor kapal Mogami dari Jepang akan menghabiskan 3,6 miliar Dolar AS (Rp 53 Triliun), menjadi perjanjian senjata terbesar antara Indonesia dan Jepang.
Namun Indonesia tidak mungkin tidak tergiur dengan kapal Mogami, yang bisa beroperasi sampai 18 ribu kilometer, lebih dari dua kalinya kemampuan kapal fregat yang dimiliki TNI AL.
Pembelian ini akan sejalan dengan peningkatan stabil dari belanja militer Indonesia, yang dibandingkan dengan produk domestik brutonya masih terendah kedua di Asia Tenggara tahun 2019 lalu.
Kini dengan langkah China yang makin agresif, perjanjian seperti ini disinyalir bisa terjadi lagi di masa depan.
Dan menghitung total anggaran untuk pangkalan militer 40 juta Dolar ditambah 3,6 miliar Dolar maka total anggaran Indonesia kira-kira mencapai 54 Triliun Rupiah.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini