Advertorial
Intisari-online.com -Virus Corona pertama kali dideteksi di kota Wuhan, China.
Sejak saat itu virus menyebar ke seluruh dunia melompat dari satu inang manusia ke inang manusia yang lain.
Virus juga bermutasi menjadi varian baru.
Dilansir dari BBC dan CNN, akhir tahun 2020, ada varian baru virus Corona yang ditemukan pertama kali ditemukan di India.
Varian itu dinamai dengan B.1.617, meski tidak diketahui wabah lokal ini segera liar karena kurangnya pengawasan genom di India.
Anurag Agrawal, direktur Institut Genom dan Biologi Integratif, Jumat kemarin mengatakan ada korelasi antara meratanya varian dan membludaknya angka kasus Covid-19 di India.
"Di Maharashtra kita melihatnya (B.1.617) meningkat, kita melihat wabah. Kita sedang melihatnya meningkat di Delhi, kita kemudian sedang melihat wabah.
"Ini adalah hubungan epidemiologi sangat penting," ujar Agrawal.
Namun ia mencatat di Delhi dan India utara, varian lain, yang pertama kali dikenali di Inggris dan dikenal sebagai B.1.1.7, lebih dominan dari B.1.617.
Varian B.1.1.7 dikenal lebih mudah menular.
Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS mengatakan, data terbaru tunjukkan jika vaksin dasar Covid-19 India, Covaxin, berhasil menetralkan B.1.617.
Hal itu tunjukkan jika vaksinasi bisa melawan varian mematikan ini.
"Vaksinasi dapat menjadi antidot yang sangat, sangat penting," ujarnya.
Varian lain yang dikenali pertama kali oleh ilmuwan di Afrika Selatan dan Brasil juga diyakini lebih mudah menular dari rantai virus asli dan telah menyebar ke beberapa negara lain.
Varian virus
Selain varian dari India, ada varian Covid-19 lain yang sudah menyebar.
Varian Inggris atau B.1.1.7 kini dominan di sebagian besar Inggris.
Varian ini dikabarkan telah menyebar ke lebih dari 50 negara dan tampaknya bermutasi lagi.
Varian Afrika Selatan (B.1.351) telah ditemukan setidaknya di 20 negara lain, termasuk Inggris.
Varian Brasil (dikenal sebagia P.1) juga telah ditemukan di Inggris.
Tidak heran varian baru sudah berkembang, karena semua virus bermutasi untuk membuat cetakan ulang diri mereka sendiri untuk menyebar dan bertahan hidup.
Sebagian besar perbedaan ini tidak berurutan atau tidak berkaitan, sedikit berbahaya untuk keberlangsungan vaksin, tapi beberapa bisa lebih menginfeksi.
Sejauh ini belum ada bukti jika varian-varian ini dapat sebabkan penyakit lebih ganas untuk masyarakat yang telah terinfeksi.
Dibandingkan dengan virus aslinya, risiko tetap sama terbesar dihadapi oleh lansia atau orang dengan penyakit serius.
Varian baru bermutasi karena mengalami perubahan di protein lonjakan mereka.
Protein lonjakan adalah bagian dari virus yang menempel ke tubuh manusia.
Satu mutasi yang dinamakan N501Y dibagikan oleh varian Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India, tampaknya membuat virus lebih pintar menginfeksi sel dan menyebar.
Varian Brasil dan Afrika Selatan memiliki perubahan lebih penting di protein lonjakan mereka.
Mereka punya mutasi kunci yang dinamakan E484K, yang bisa membantu virus menghapus bagian dari sistem imun manusia atau antibodi.
Antibodi ini dapat melawan virus Corona berdasarkan pengalaman dari infeksi sebelumnya atau vaksin.
Pakar temukan sejumlah kasus varian Inggris yang punya mutasi kunci ini.
Sementara varian India memiliki mutasi penting bernama E484Q dan L452R serta P681R yang bisa membantu virus lepas dari beberapa imuitas tertentu.
Kini pakar tergesa-gesa mempelajari mutasi ini.
Lantas apakah vaksin masih efektif melawan varian-varian baru ini?
Sejauh ini vaksin dari Pfizer/BioNTech, Moderna Inc. dan Johnson & Johnson telah tunjukkan tingkat efektivitas bervariasi melawan varian virus.
Namun karena virus masih bisa bermutasi lagi saat menyebar dan tidak ada jaminan vaksin yang tersedia akan melindungi warga dari varian baru, maka tidak ada negara yang bisa benar-benar terlindungi, berapapun jumlah warga yang tervaksinasi.
"Untuk alasan egois, semua negara harus khawatir mengenai wabah besar yang tidak bisa dikawal," ujar Dr. Ashish Jha, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Brown.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini