Intisari-Online.com -Sebuah pengakuan yang langka, pejabat pengendalian penyakit China mengatakan bahwa efektivitas vaksin Covid-19 buatan “Negeri Panda” cukup rendah.
Hal itu mendorong negara tersebut untuk mempertimbangkan pencampuran beberapa vaksin Covid-19 sebagaimana dilansir New York Post.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) China Gao Fu pada Sabtu (10/4/2021) melalui konferensi pers di Chengdu, China.
“Sekarang dalam pertimbangan formal apakah kami harus menggunakan vaksin yang berbeda dari jalur teknis yang berbeda untuk proses imunisasi,” kata Gao.
Sebagai contoh, vaksin virus corona yang dikembangkan oleh Sinovac dari China memiliki efektivitas 50,4 persen dalam uji klinis di Brasil.
Sebagai perbandingan, vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech memiliki efektivitas 97 persen.
Gao Fu buru-buru memberikan klarifikasi setelah dia menyebut vaksin buatan negaranya kurang efektif.
Gao Fu menolak pemberitaan dari sejumlah media asing bahwa dia "mengakui" vaksin Covid-19 negaranya tidak terlalu melindungi dari virus.
Dalam wawancara eksklusif dengan Global Times, Gao menerangkan saat itu para ilmuwan di dunia mendiskusikan efikasi vaksin.
Dia menawarkan untuk meningkatkan efektif, penyesuaian prosedur vaksinasi dan inokulasi menggunakan vaksin berbeda bisa jadi pilihan.
"Rerata perlindungan vaksin di seluruh dunia kadang tinggi, kadang rendah. Cara meningkatkan kemanjuran jadi pertanyaan semua ilmuwan," papar Gao.
Si pejabat kesehatan China mengemukakan, dia mengusulkan penyesuaian seperti dosis vaksin, interval, dan inokulasi berurutan dengan produsen berbeda.
Dia menyatakan, ini kali pertama manusia menderita Covid-19. Oleh karena itu, banyak problem saintifik yang perlu dikaji selama vaksinasi.
Gao Fu menjelaskan, prosedur selama ini mereka dasarkan pada ekstrapolasi inokulasi vaksin dari virus lain.
"Namun, di masa depan, jika kita harus berbenah, maka kita perlu menyesuaikan berdasarkan karakteristik virus dan situasi vaksinasi," paparnya.
Terkait dengan pernyataannya yang dikutip media Barat vaksin buatan China kurang efektif, dia memberi klarifikasi.
"Itu sepenuhnya salah pemahaman," ujar Gao. Dikutip BBC, ucapannya langsung memantik kritik dari dalam negeri.
Di Weibo yang merupakan media sosial "Negeri Panda", banyak warganet meminta Gao untuk berhenti bicara.
Tao Lina, pakar vaksin yang ikut dalam agenda tersebut, mengemukakan, Gao saat itu tengah melakukan komparasi.
Dia membandingkan vaksin tidak aktif, berasal dari virus mati untuk mengaktifkan imun, dan mRNA yang dibuat dari proses genetika.
Dikutip SCMP, Tao mengatakan, level antibodi yang dikembangkan vaksin mereka relatif lebih rendah dari mRNA.
"Ini kesimpulan natural bahwa vaksin tidak aktif dan dari adenovirus kurang efektif dibandingkan mRNA," papar Tao.
Oleh karena itu, setiap resipien yang sudah menerima dua dosis vaksin mereka diimbau mendapat suntikan ketiga dari merek lain.
"Namun, vaksinasi harus dipercepat. Kita tidak bisa menunggu sampai mendapat vaksin yang sempurna," jelasnya.