Setelah tiga tahun berlalu, tampaknya kecemerlangan "emas merah" Papua ini mulai memudar.
Orang yang sebelumnya sakit kemudian sembuh, masih setia mengonsumsi buah merah. Yang tidak sembuh atau sekadar coba-coba berhenti mengonsumsi atau kembali ke dokter.
Perekonomian di Jayapura pun mulai agak lamban setelah sebelumnya mendapatkan energi "bahan bakar" untuk bergerak dari minyak buah ini.
Pengusaha buah merah yang sempat menjadi milioner sudah bersiap-siap untuk berekspansi ke sektor lain.
Tapi, bagaimanapun peran buah merah dalam membangkitkan masyarakat dari keterpurukan ekonomi di Papua tiga tahun belakangan sungguh besar.
Tidak terhitung jumlahnya mahasiswa yang terancam putus kuliah berhasil menyambung SKS-nya berkat rezeki dari minyak buah merah.
Belum lagi dibangunnya puluhan landasan pesawat perintis, gedung gereja, balai desa, kecamatan, pasar, dan masuknya uang ke kas kepala suku.
Yang jelas, perekonomian di Jayawijaya sempat bangkit, walaupun yang lebih banyak menikmati bukan penduduk asli yang notabene pewaris buah merah ini. (Bernard T. Wahyu Wiryanta)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR