Menurut cerita yang dituturkan Maarten Hidskes, putra Piet Hidskes, anggota DST, dalam buku Di Belanda Tak Seorang Pun Mempercayai Saya: Korban Metode Westerling di Sulawesi Selatan 1946-1947 (2018), Westerling memulai operasinya pada 11 Desember 1946.
Kedatangan Westerling mencari para pendukung kemerdekaan yang melawan Belanda. Ia menanyakan siapa saja yang ikut Wolter Mongisidi memberontak.
Di hadapan penduduk, mereka yang dicurigai dan dituduh, ditembak mati di tempat.
Kekejaman itu mengawali operasi Westerling selama tiga bulan ke depan.
Para pria dan pemuda diminta mengakui keterlibatan mereka dalam perlawanan terhadap Belanda.
Di depan keluarga, mereka disiksa sebelum akhirnya ditembaki. Rumah-rumah dibakar dan diledakkan dengan granat.
Pembantaian Westerling, yang sedikitnya menewaskan 40.000 orang, menjadi salah satu tragedi terkelam bangsa Indonesia.
Sementara itu, Mongisidi ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, namun ia berhasil melarikan diri pada 27 Oktober 1947.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR